PR Dihapus, Pelajar Diminta Harus Kreatif

Batang Penghapusan Pekerjaan Rumah (PR) bagi pelajar SD dan SMP yang mulai diberlakukan 10 November, menuai berbagai respons baik dari kalangan pendidik maupun wali murid.
Batang Penghapusan
Pekerjaan Rumah (PR) bagi pelajar SD dan SMP yang mulai diberlakukan 10
November, menuai berbagai respons baik dari kalangan pendidik maupun wali
murid.
PR diganti dengan
mengoptimalkan peran aktif pelajar yang mempraktikkan materi pembelajaran
berbentuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum
Merdeka.
Wali kelas IVA, SD
Kauman 7 Batang Anggrarina mengatakan, tujuan awal guru memberikan PR kepada anak
didik adalah hanya sebuah tugas tanpa niat membebani.
Pasca diberlakukannya
aturan tersebut, intensitas guru memberikan PR secara bertahap mulai dikurangi.
“Dulu hampir setiap
hari anak diberikan PR dan dikumpulkan esok harinya, untuk dilakukan pembahasan
lalu diberikan penghargaan bagi mereka yang bisa mengerjakan dengan baik. Tapi
sekarang intensitasnya mulai berkurang, yakni hanya ketika tugas di kelas belum
selesai dan itu pun bukan dijadikan yang utama bagi anak,” katanya, saat
ditemui di ruang kelas IVA, SD Kauman 7, Kabupaten Batang, Kamis (10/11/2022).
Sebagai pengganti PR,
guru lebih mengedepankan kebebasan anak didik dalam mengeksplorasi diri, sesuai
potensi, minat dan bakat yang dimiliki.
Berbeda dengan Citra,
ibu rumah tangga yang memiliki anak yang masih duduk di bangku kelas 1 SD.
Ia lebih mendukung jika
anak diberikan PR setiap harinya.
“Saya sendiri kurang
setuju kalau dihapus, karena PR itu untuk dorongan anak agar mau belajar. Kalau
tidak ada PR, mereka justru keasyikan bermain dan lupa belajar,” ungkapnya.
Dari hasil perbincangan
dengan sesama kaum ibu, kabarnya anak yang tidak diberikan PR, hanya bagi
mereka yang sudah terlalu padat dengan jadwal ekstrakurikuler.
“Biasanya anak sudah
capek kalau ditambahi PR, pasti jadi jenuh. Dan itu sebenarnya cocok diberikan
pada sekolah khusus yang jam pelajarannya padat,” terangnya.
Apabila memang telah
menjadi peraturan dan tidak boleh dilanggar, setidaknya sebagai pengganti, guru
memberikan tugas praktik yang mengarahkan anak agar kreativitasnya lebih
terasah.
Ditemui secara
terpisah, Kepala Bidang Pembinaan SD, Disdikbud Batang, Yulianto menerangkan,
PR hanya salah satu metode pembelajaran.
“Kita bukan melihat ada
PR atau tidak, tapi dalam pembelajaran, peserta didik diberikan cara untuk
memperdalam materi,” tegasnya.
Tahun ajaran 2022/2023
diberlakukan Kurikulum Merdeka. Implementasinya, menitik beratkan pada
penguatan profil pelajar Pancasila.
“Penerapan pada
pembelajaran, dikemas dengan menarik, untuk meningkatkan minat dan bakat anak
didik,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)