Tingkatkan IPM Batang, PLD Diminta Berdayakan KPM
Batang - Untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang akan berpengaruh pada turunnya angka stunting, Pendamping Lokal Desa (PLD) diminta memberdayakan Kader Pemberdayaan Manusia (KPM) setempat.
Batang - Untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang akan berpengaruh pada turunnya angka stunting, Pendamping
Lokal Desa (PLD) diminta memberdayakan Kader Pemberdayaan Manusia (KPM)
setempat.
Koordinator Program Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, Suradi mengatakan, peran Pendamping Desa dan Pendamping Lokal
Desa khususnya di lapangan, memiliki peran penting masing-masing.
“Pendamping Desa itu di level kecamatan sedangkan
Pendamping Lokal Desa itu basis lokasi tugasnya di desa. Mereka bertugas
memfasilitasi dari sisi pemberdayaan dan memotivasi agar desa menganggarkan
pendanaan dari APBDes, sehingga percepatan lokus stunting segera teratasi,” katanya,
saat menyampaikan paparan dalam pembinaan KPM, di Hotel Sahid Mandarin, Kota
Pekalongan, Selasa (23/11/2021).
Ia mengakui, selama ini pihaknya mengalami sedikit
kendala, karena dalam pembentukan KPM belum memperhatikan kompetensi sumber
daya manusia, pola pikir kepala desa masih terobsesi pada kegiatan pembangunan
sarana prasarana bukan berfokus pada peningkatan kapasitas KPM.
“Teman-teman PLD berupaya memberikan pemahaman
kepada Pemerintah desa, agar kepala desa beserta jajarannya lebih paham
terhadap berbagai permasalahan kesehatan, terutama stunting,” harapnya.
PLD merealisasikan tugasnya dengan berkoordinasi
bersama bidan desa dan kader-kader lainnya, sehingga bisa berkolaborasi untuk
percepatan penanganan stunting.
“Salah satunya melatih KPM dalam mendata kondisi ibu
hamil seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK) maupun Risiko Tinggi (Risti). Ini
menjadi prioritas Dana Desa, untuk menginvertensi dalam menanganinya,”
ungkapnya.
Apabila ibu hamil mengalami KEK atau Risti, maka ia
harus mendapatkan asupan gizi lebih banyak, melalui program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT). Demikian pula indikasi tersebut juga ditemukan pada anak
dibawah dua tahun, maka PMT yang diberikan lebih diprioritaskan.
“Pemahaman pola hidup sehat juga penting, karena
terkadang ibu pun kurang memperhatikannya. Istirahat, pemberian gizi masih
kurang, pemahaman pernikahan dini yang masih kurang pun berpotensi melahirkan
generasi-generasi stunting,” terangnya.
Ia mengharapkan, ada kolaborasi program antara Dinas
Kesehatan dan Dispermades dalam menangani suatu kasus.
“Stakeholder terkait harus satu pemahaman,
masyarakat harus memiliki kepedulian, pelaku bisnis harus lebih peduli dengan
memberikan hibah atau bantuan kepada keluarga miskin, generasi muda desa yang
sudah berhasil bekerjasama membangun desanya melalui potensinya dan media pun
berperan penting untuk mengabarkan segala informasi di suatu desa,” tegasnya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan
Batang, Bachtiar Mansyah mengharapkan, seluruh anggota KPM ikut berperan
menurunkan stunting.
“Stunting di Kabupaten Batang memang cukup tinggi.
Ada beberapa faktor di antaranya sistem sanitasi yang buruk dan asupan gizi
yang kurang maksimal,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kelembagaan, Adat dan
Sosial Budaya, Nurlaili Endahwati menambahkan, hingga kini kualitas sumber daya
manusia masih tergolong rendah, ditunjukkan dengan nilai IPM tahun 2020 baru
mencapai 68,65%.
“Belum optimalnya pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan. Maka perlu ada
kerjasama seluruh pihak untuk meningkatkan IPM, sehingga stunting pun ikut
menurun,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/ Heri/Jumadi)