Taman Edukasi, Siap Berkolaborasi Menuju Destinasi Wisata Terkoneksi
Batang - Setelah sukses menarik perhatian kaum milenial agar menyukai jamu, kini Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kampung Jamune Bu’e melakukan inovasi dengan melaunching Taman Edukasi, yang siap berkolaborasi dengan beberapa kelompok usaha sekitar, demi mewujudkan destinasi wisata yang terkoneksi.
Batang - Setelah sukses menarik perhatian kaum
milenial agar menyukai jamu, kini Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kampung Jamune
Bu’e melakukan inovasi dengan melaunching Taman Edukasi, yang siap
berkolaborasi dengan beberapa kelompok usaha sekitar, demi mewujudkan destinasi
wisata yang terkoneksi.
Taman tersebut berisi tanaman herbal atau lebih
dikenal apotek hidup, yang diharapkan dapat dikenal anak-anak sejak usia dini.
Penanggung jawab Kampung Jamune Bu’e, Sukoningsih
mengatakan, anak-anak dapat belajar langsung dengan melihat dan mempelajari
beragam jenis tanaman herbal hingga khasiatnya bagi kesehatan tubuh.
“Kedepan akan dilakukan pengembangan agar ada peningkatan
mutu, rasa dan dikolaborasikan dengan kelompok usaha yang berdekatan, sehingga
bisa menjadi destinasi wisata yang terkoneksi,” katanya, saat ditemui di
Kampung Jamune Bu’e, Proyonanggan Selatan, Kabupaten Batang, Senin (8/11/2021).
Ia menerangkan, sarana penunjang seperti Taman
Edukasi, proses produksi dan ada nilai jual yang baik, sehingga dapat
disinkronkan dengan menjual produk ke Pasar Payung Pelangi Dracik.
Selain itu, bisa pula dikolaborasikan dengan
Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan (KMPL), karena Kampung Jamune Bu’e juga
peduli terhadap lingkungan sekitar dengan memanfaatkan kebun menjadi tanaman
herbal berkhasiat.
“Semoga bisa berkembang pesat, masyarakat luas bisa
mengenal dan membeli produk hasil olahan kami, sehingga Kampung Jamune Bu’e
bisa ikut menunjukkan bahwa kaum ibu pun berdaya secara ekonomi,” harapnya.
Camat Batang, Luksono Pramudito mengatakan, taman
ini tidak hanya menjual jamu untuk konsumsi saja, tetapi ikut berkontribusi
mencerdaskan anak-anak usia dini supaya lebih mengenal tanaman-tanaman herbal.
“Selain Jamune Bu’e ada pula sejumlah desa yang
menonjolkan kreativitasnya. Walaupun ada kemiripan, tapi ada perbedaan dari
segi konsep, yang terpenting tujuan utamanya adalah membangkitkan perekonomian
warga,” jelasnya.
Ia mempersilakan apabila akan ada kolaborasi antar
satu desa dengan desa lainnya. Misalnya kolaborasi antara Kampung Jamune Bu’e
dengan KMPL dan Pasar Payung Pelangi.
“Para pengunjung bisa diarahkan ke beberapa
destinasi wisata setempat, sehingga bisa menyejahterakan keluarga,” tuturnya.
Sementara, Ketua Komisi C, DPRD Batang, Tofani Dwi
Arieyanto mengharapkan, kreativitas ini dilanjutkan dengan menyesuaikan
perkembangan zaman, sehingga kesan jamu pahit itu tidak dikenal lagi oleh
anak-anak maupun generasi milenial, serta tidak menghilangkan khasiatnya.
“Ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang
ada di Proyonanggan Selatan. Mudah-mudahan bisa menjadi pelopor untuk
membangkitkan UMKM di sekitarnya,” terangnya.
Ia mengimbau, agar generasi milenial tidak antipati
terhadap jamu.
“Dan untuk ibu-ibu PKK bisa mengembangkan potensi
lainnya, tidak hanya di RT 1 RW 1 saja, tetapi ke wilayah lain,” ujar dia. (MC
Batang, Jateng/Heri/Jumadi)