Fashion Show WBP Rutan Batang Berbahan Kertas Koran
Batang - Rutan Kelas IIB Batang menggelar lomba fashion show yang diikuti Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dengan memanfaatkan limbah kertas koran di Aula Rutan Kelas IIB Kabupaten Batang, Senin (24/8/2020).
Batang - Rutan
Kelas IIB Batang menggelar lomba fashion show yang diikuti Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) dengan memanfaatkan limbah kertas koran di Aula Rutan Kelas
IIB Kabupaten Batang, Senin (24/8/2020).
Dipilihnya limbah tersebut, karena
dinilai mudah dibentuk. Di sisi lain pemanfaatan kertas koran juga diharapkan
bisa digunakan pembinaan WBP untuk melatih kreativitas dalam membentuk sebuah
pakaian berkarakter.
“Selain itu ada pula lomba tata rias,
potong rambut dan makan nasi megono. Untuk lomba fashion show perwakilan tiap
blok dan makan nasi megono kita prioritaskan WBP yang berasal dari luar daerah
Batang dan Pekalongan,” kata
Kepala Rutan Kelas IIB Batang, Rindra Wardhana.
Rindra menegaskan, kegiatan ini bertujuan
untuk memupuk rasa semangat juang WBP, bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat di masa depan.
Untuk mendukung kesuksesan WBP, dalam
waktu dekat Rutan Batang juga akan membuka salon kecantikan dan tempat pangkas
rambut.
“Keterampilan potong rambut dan tata
rias tentunya sangat dibutuhkan di masyarakat dan akan berguna bagi WBP ketika
telah bebas,” tandasnya.
Sementara, Pemilik
sanggar tata rias Susi mengatakan, pelatihan yang diberikan kepada para WBP sudah
dilakukan selama 2 bulan.
Pelatihan yang diberikan selama ini
yakni teknik pewarnaan rambut dan tata rias wajah.
“Saya sangat senang mendengar rencana
Pak Rindra yang akan membuka salon, karena melalui pelatihan yang kami berikan
bisa bermanfaat bagi WBP dan sesama,” katanya.
Susi menerangkan, dalam perlombaan ini
ada beberapa penilaian antara lain: kreativitas ide, kerapian, penyesuaian karakter dan hasil
akhir.
Salah satu WBP, Guntur Raharjo yang berkostum
Suku Dayak menuturkan, pemilihan kostum itu karena terinspirasi dari kegagahan
Panglima Burung yang merupakan salah satu bukti kekayaan keanekaragaman suku di
Indonesia.
“Dalam melukis karakter Panglima Burung
memang sedikit mengalami kesulitan. Kami membutuhkan waktu sekitar 2 hari 2
malam mulai dari menyiapkan bahan hingga jadi dikerjakan 3 orang, alhamdulillah
meraih juara 2 untuk kategori tata rias dan kategori fashion show,” bebernya.
Baginya mengenakan kostum Panglima
Burung dari Suku Dayak merupakan sebuah kebanggaan karena sangat terinspirasi
saat melihat salah satu anggota upacara Hari Kemerdekaan ke-75 RI di Istana Merdeka yang
memakai busana Suku Dayak. (MC
Batang, Jateng/Heri/Jumadi)