Home / Berita / Ekonomi / REZEKI DARI SEIKAT KETUPAT

Berita

Rezeki dari Seikat Ketupat

Batang - Pagi itu suasana di tepian Pasar Kabupaten Batang belum begitu ramai, hanya sesekali terdengar riuh kendaraan dan beberapa kaum ibu yang menjajakan ketupat siap santap. Para kaum ibu itu rela menganyam lembar demi lembar janur kelapa hingga menjadi sebuah kerangka ketupat, untuk dimasak hingga matang.

Batang - Pagi itu suasana di tepian Pasar Kabupaten Batang belum begitu ramai, hanya sesekali terdengar riuh kendaraan dan beberapa kaum ibu yang menjajakan ketupat siap santap. Para kaum ibu itu rela menganyam lembar demi lembar janur kelapa hingga menjadi sebuah kerangka ketupat, untuk dimasak hingga matang.

Meski harus menanti hingga lima jam lamanya, namun demi mengais rezeki di momen khusus Syawalan itu, mereka rela menunggu hingga berjam-jam demi rupiah yang tak seberapa.

Sebagian besar warga Batang, beranggapan bahwa belum sah jika peringatan Syawalan atau hari ketujuh lebaran, tidak memasak ketupat. Momen itulah yang dimanfaatkan para pedagang untuk mengais pundi-pundi rupiah dari seikat ketupat matang.

Meski jumlah pedagang yang kian berkurang, namun mereka tetap setia menekuni profesi yang hanya dilakoninya setahun sekali itu. Salah satunya adalah Sri yang telah bertahun-tahun menjadi pedagang ketupat matang dadakan di tepi Pasar Batang.

“Jualannya cuma pas lebaran saja, dua hari. Seharinya ada 200 ketupat siap santap yang dijajakan, seharga Rp2.500,00 per buahnya. Biasanya jualan jam 6-7 pagi sudah habis,” katanya saat ditemui di Pasar Batang, Kabupaten Batang, Rabu (17/4/2024).

Wanita yang setiap harinya berprofesi sebagai ibu rumah tangga itu, mengaku meski laba yang didapat tak seberapa, namun karena terdesak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia bersama sang suami rela selama beberapa hari ini, harus begadang hingga dini hari, demi mendapatkan manisnya rezeki di bulan Syawal.

Sri bersama kelima pedagang ketupat lainnya tetap menekuni profesi itu, meski keuntungan yang didapat dari tahun ke tahun kian berkurang.

“Ya kalau tahun kemarin kami bisa dapat omset Rp700 ribu perhari, lebaran tahun ini cuma Rp500 ribu,” tuturnya.

Sebagian besar warga Batang memilih untuk membeli ketupat matang, daripada harus membeli atau bahkan membuat sendiri dari janur kelapa.

Seperti yang dituturkan Sofi yang tiap perayaan Syawalan selalu menjadi pelanggan tetap ketupat matang di Pasar Batang.

Momentum Syawalan bagi warga Batang tak bisa dilepaskan dari perayaan Selamatan yang digelar di masjid maupun Musala setempat, sebagai wujud syukur di hari ketujuh bulan Syawal seluruh warga masih bisa merayakan bersama orang-orang terdekatnya.

“Memang kalau hari Lebaran Syawal itu ya enaknya makan ketupat opor dimakan sama warga di musala. Beda kalau hari biasa itu suasananya ada yang kurang,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Sri Rahayu)