Batik Rifaiyah Batang Salah Satu Budaya Yang Tercatat di Dunia
Batang - Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Desa kalipucang wetan menggelar festival merayakan batik rifaiyah untuk memperkenalkan.
Batang - Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Desa kalipucang wetan menggelar festival untuk memperkenalkan batik rifaiyah.
Asisten Pemerintahan
dan Kesejahteraan Rakyat Setda Batang Willopo mengatakan, budaya batik rifaiyah
khas Kabupaten Batang termasuk ke dalam warisan budaya Indonesia yang diakui
oleh UNESCO.
“Kegiatan merayakan
hari rifaiyah bertujuan untuk mengenalkan batik khas Kabupaten Batang ke kancah
nasional maupun internasional. Ini bagian dari kekayaan khasanah seni dan
budaya serta kreatifitas masyarakat, yang harus kita dukung untuk dapat
dikembangkan,” katanya saat ditemui di Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Batang,
Kabupaten Batang, Senin (10/10/2022) malam.
Batik memang identik
dengan Indonesia, tetapi tidak menutup kemungkinan negara lain juga membuat
batik seperti Malaysia dan Vietnam. Makanya agar tidak memudarkan batik sebagai
salah satu budaya Negara Indonesia harus tetap dijaga. Seperti yang tercatat di
dunia saat ini satu-satunya adalah batik tulisnya.
“Batik Rifaiyah sendiri
dibuat dengan cara ditulis secara tradisional menggunakan canting yang diawali
dengan membuat motif, corak, hingga pewarnaan yang memerlukan proses cukup
lama,” terangnya.
Proses pembuatan batik
ini sebagai media untuk syiar agama Islam pada zaman dahulu. Ada ritual yang
biasa dijalankan sebelum membatik, yakni dengan salat Duha terlebih dahulu.
Tidak cukup disitu pengrajin juga harus membaca syair kidung berbahasa jawa
berisi ajaran Islam saat menorehkan malam ke selembar batik.
“Ciri khas batik
Rifaiyah tiga negeri, yakni larangan penggambaran motif hewan secara utuh pada
lembaran kain. Alasannya, mereka meyakini menggambar makhluk hidup itu
berdosa,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala
Desa Kalipucang Wetan Mundakir menambahkan, adapun proses pembuatannya membutuhkan
waktu minimal tiga minggu, ada yang dua bulan, bahkan enam bulan untuk sehelai
kain. Atas kerja keras pembatik, kain batik Rifaiyah termurah dihargai Rp350 ribu, itu pun untuk batik kasar.
“Untuk batik sedang
mencapai Rp4 juta, batik halus dijual Rp6,5 juta, dengan pemasaran di berbagai
Negara yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, India, Korea, Jepang, Yunani,
Amerika dan Swedia,” tuturnya.
Menurut dia, batik
Rifaiyah murni merupakan batik tulis. Warga tidak mau mengubahnya menggunakan
mesin karena demi mempertahankan tradisi, sehingga hanya melayani pesananan
terbatas.
“Kami membatik bukan
menjadi bagian hidup, karena kalau secara ekonomi tidak memungkinkannya.
Semangatnya hanya mempertahankan tradisi dan warisan leluhur,” ujar dia. (MC
Batang, Jateng/Roza/Jumadi)