Home / Berita / Sosial / LAPAS BATANG TERMOTIVASI PERDALAM PSIKOTERAPI PRAKTISIONER

Berita

Lapas Batang Termotivasi Perdalam Psikoterapi Praktisioner

Cirebon Lapas Kelas IIB Batang berupaya memberikan layanan yang maksimal kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Salah satu layanan terpenting adalah psikoterapi praktisioner karena dapat menanamkan pola pikir positif terhadap WBP.

Cirebon Lapas Kelas IIB Batang berupaya memberikan layanan yang maksimal kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Salah satu layanan terpenting adalah psikoterapi praktisioner karena dapat menanamkan pola pikir positif terhadap WBP.

Dalam kunjungannya, Kepala Lapas Kelas IIB Batang Rindra Wardhana terinspirasi untuk mengadopsi pola terapi dari Lapas Kelas I Cirebon Jawa Barat, untuk membantu WBP lebih dapat menerima segala sesuatu yang ditakdirkan Allah SWT secara lapang dada.

“Psikoterapi ini bisa mengubah pola pikir WBP jadi lebih optimis terutama bagi yang baru masuk terkadang ada sebagian yang tidak menerima kondisi psikologi mereka,” katanya, usai meninjau proses psikoterapi terhadap WBP, di Lapas Kelas 1 Kota Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (15/10/2022).

Melihat potensi yang ada, Lapas Batang pun merencanakan untuk memperdalam psikoterapi praktisioner.

“Kami akan memberikan kesempatan kepada beberapa petugas Lapas Batang yang berkompeten di bidang terapi, supaya bisa mengetahui tekniknya,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Lapas Kelas I Cirebon, Kadiyono mengutarakan, layanan psikoterapi diberikan kepada WBP yang baru saja masuk ke Lapas.

“Para WBP diberikan pelajaran tentang kesehatan mental, sikap dan perilaku selama 30 hari. Dari situ kita akan tahu mana di antara mereka yang berkarakter tempramental , untuk lebih intensif dilakukan pemantauan,” jelasnya.

Kepala Seksi Perawatan Sri Sasongko menerangkan, WBP yang baru masuk akan mengikuti psikoterapi selama 30 hari atau 60 jam latihan.

“Hal ini perlu diberikan kepada WBP kami yang baru dalam masa pengenalan untuk mempersiapkan mental sebelum turun blok, sehingga bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,” ungkapnya.

Beberapa teknik yang dilakukan yakni mindfulness atau meditasi, olahraga fisik yang berdampak secara psikis seperti terapi tertawa, senam otak dan senam pernapasan.

“Pelatihnya dari WBP yang sebelumnya sudah dibekali dengan pelatihan dan merasakan manfaatnya lalu menularkan kepada kawan-kawannya,” tegasnya.

Ia menambahkan, terapi ini tidak hanya bagi WBP baru saja. Namun bagi mereka yang melakukan pelanggaran, otomatis harus mengulang proses terapi ini dari awal.

Salah satu WBP Lapas Kelas I Cirebon, yang tidak bersedia disebutkan namanya, mengutarakan, pelatihan lewat psikoterapi praktisioner bermanfaat untuk mengontrol emosi, mengelola pikiran jadi positif.

“Awal saya masuk sini, tiga bulan tidak terima dengan keadaan saya. Tapi setelah ikut terapi dan dijelaskan akhirnya bisa menerima karena itu semua kesalahan dari diri sendiri,” ujar dia.

Baginya tidak membutuhkan waktu lama untuk kembali bangkit dari keterpurukan.

“Dampaknya terasa, dulunya salat lima waktu malas, sekarang lebih rajin ibadahnya,” pungkasnya.

Proses terapi yang dibutuhkan dalam sehari cukup dua jam selama enam hari dalam sepekan. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)