Lapas Batang Termotivasi Perdalam Psikoterapi Praktisioner
![](img/berita/20-221016101348berita9822_.jpg)
Cirebon Lapas Kelas IIB Batang berupaya memberikan layanan yang maksimal kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Salah satu layanan terpenting adalah psikoterapi praktisioner karena dapat menanamkan pola pikir positif terhadap WBP.
Cirebon Lapas Kelas
IIB Batang berupaya memberikan layanan yang maksimal kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP). Salah satu layanan terpenting adalah psikoterapi
praktisioner karena dapat menanamkan pola pikir positif terhadap WBP.
Dalam kunjungannya,
Kepala Lapas Kelas IIB Batang Rindra Wardhana terinspirasi untuk mengadopsi
pola terapi dari Lapas Kelas I Cirebon Jawa Barat, untuk membantu WBP lebih
dapat menerima segala sesuatu yang ditakdirkan Allah SWT secara lapang dada.
“Psikoterapi ini bisa
mengubah pola pikir WBP jadi lebih optimis terutama bagi yang baru masuk
terkadang ada sebagian yang tidak menerima kondisi psikologi mereka,” katanya,
usai meninjau proses psikoterapi terhadap WBP, di Lapas Kelas 1 Kota Cirebon,
Jawa Barat, Sabtu (15/10/2022).
Melihat potensi yang
ada, Lapas Batang pun merencanakan untuk memperdalam psikoterapi praktisioner.
“Kami akan memberikan
kesempatan kepada beberapa petugas Lapas Batang yang berkompeten di bidang
terapi, supaya bisa mengetahui tekniknya,” terangnya.
Sementara itu, Kepala
Lapas Kelas I Cirebon, Kadiyono mengutarakan, layanan psikoterapi diberikan
kepada WBP yang baru saja masuk ke Lapas.
“Para WBP diberikan
pelajaran tentang kesehatan mental, sikap dan perilaku selama 30 hari. Dari
situ kita akan tahu mana di antara mereka yang berkarakter tempramental , untuk
lebih intensif dilakukan pemantauan,” jelasnya.
Kepala Seksi Perawatan
Sri Sasongko menerangkan, WBP yang baru masuk akan mengikuti psikoterapi selama
30 hari atau 60 jam latihan.
“Hal ini perlu
diberikan kepada WBP kami yang baru dalam masa pengenalan untuk mempersiapkan
mental sebelum turun blok, sehingga bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang baru,” ungkapnya.
Beberapa teknik yang
dilakukan yakni mindfulness atau meditasi, olahraga fisik yang berdampak secara
psikis seperti terapi tertawa, senam otak dan senam pernapasan.
“Pelatihnya dari WBP
yang sebelumnya sudah dibekali dengan pelatihan dan merasakan manfaatnya lalu
menularkan kepada kawan-kawannya,” tegasnya.
Ia menambahkan, terapi
ini tidak hanya bagi WBP baru saja. Namun bagi mereka yang melakukan
pelanggaran, otomatis harus mengulang proses terapi ini dari awal.
Salah satu WBP Lapas
Kelas I Cirebon, yang tidak bersedia disebutkan namanya, mengutarakan,
pelatihan lewat psikoterapi praktisioner bermanfaat untuk mengontrol emosi,
mengelola pikiran jadi positif.
“Awal saya masuk sini,
tiga bulan tidak terima dengan keadaan saya. Tapi setelah ikut terapi dan
dijelaskan akhirnya bisa menerima karena itu semua kesalahan dari diri sendiri,”
ujar dia.
Baginya tidak
membutuhkan waktu lama untuk kembali bangkit dari keterpurukan.
“Dampaknya terasa,
dulunya salat lima waktu malas, sekarang lebih rajin ibadahnya,” pungkasnya.
Proses terapi yang
dibutuhkan dalam sehari cukup dua jam selama enam hari dalam sepekan. (MC
Batang, Jateng/Heri/Jumadi)