Bupati Batang Prioritaskan SLB Baru, Dorong Industri Penuhi Kuota 2% Difabel
Batang Perayaan Hari Disabilitas Internasional di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Batang tak hanya menyuguhkan pameran kreativitas yang memukau, tetapi juga menjadi arena diskusi sengit mengenai tantangan yang dihadapi warga disabilitas di Batang.
Batang Perayaan Hari Disabilitas Internasional di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Batang tak hanya menyuguhkan pameran kreativitas yang memukau, tetapi juga menjadi arena diskusi sengit mengenai tantangan yang dihadapi warga disabilitas di Batang.
Guru SLB Batang Moh
Hikmat menyampaikan, jeritan hati mereka terkait minimnya fasilitas, mulai dari
sekolah hingga akses publik. Isu utama yang mengemuka adalah keterbatasan
lembaga pendidikan khusus. Kabupaten Batang yang luas ternyata hanya memiliki
satu SLB, dan kondisinya kini sudah “overload”.
“SLB sendiri kan hanya
satu di Batang. Sedangkan Batang itu luas dan disabilitas itu cukup banyak yang
ada di Kecamatan Bawang maupun di Kecamatan Tersono,” katanya saat ditemui di
halaman SLB Batang, Kabupaten Batang, Selasa (2/12/2025).
Kepala Sekolah SLB Negeri
Batang Buntas Ernawati, yang baru bertugas dua minggu, membenarkan kondisi
tersebut. Kalau secara kebutuhan, itu masih membutuhkan lagi. Kami tidak bisa
menampung semua anak disabilitas yang ada di sini.
“Jadi, setiap tahun saat
penerimaan siswa baru, kami dengan sangat terpaksa tidak bisa menerima
semuanya. Karena keterbatasan tempat, tenaga, dan sarana yang lain. Kelas ideal
untuk siswa kelas 1 SD adalah maksimal lima anak. Namun, kondisi di SLB Batang
saat ini jauh di atas standar. Bahkan ada yang 10 ada yang lebih dari 10. Itu
sudah sangat-sangat overload sekali,” jelasnya.
Menanggapi keluhan ini,
Bupati Batang M. Faiz Kurniawan bergerak cepat. Ya, tadi saya sudah diskusi.
Nanti setelah ini saya akan coba mapping aset Pemda yang masih ada di Limpung
ataupun di Bawang. Nanti akan kita usulkan.
Selain masalah sekolah,
perhatian juga tertuju pada aksesibilitas di ruang publik dan kesempatan kerja.
Bupati Faiz mengakui kekurangan tersebut, namun meyakinkan bahwa perbaikan
telah dimulai.
“Betul. Kita sekarang
sudah pelan-pelan perbaiki. Minimal akses di Pemda, kemudian akses di rumah
dinas, untuk fasilitas khusus bagi disabilitas sudah dipasang di rumah dinas,”
terangnya.
Isu tenaga kerja juga tak
luput dari sorotan. Warga mendesak agar regulasi penyerapan tenaga kerja
disabilitas sebesar 2% dipatuhi. Namun, Bupati menyebut dorongan awal ke
industri hanya 1%. Ia menjamin akan segera menindaklanjuti.
“Kami akan panggil semua
industri, nanti sosialisasi. Pada prinsipnya, kita harus sesuaikan dengan
undang-undang. Kita dorong step awalnya dari 1% nanti sampai ke step
selanjutnya sesuai dengan regulasi yakni sampai 2%,” tegasnya.
Setelah berkesempatan
melihat langsung hasil karya tangan siswa SLB seperti kerajinan dan produk
ekonomi kreatif lainnya, Bupati menyatakan dukungannya.
“Nanti akan kita berikan
dukungan melalui melalui belanja pemerintah dan memang ada manfaatnya, nanti
belanja pemerintah kita salah satu prioritaskan ke situ,” pungkasnya.
Ia juga berjanji untuk
memasarkan produk-produk tersebut di tempat-tempat wisata atau
"turism" Batang, memastikan kreativitas siswa SLB dapat dinikmati dan
dihargai oleh khalayak luas. (MC Batang, Jateng/Edo/Siska)