Taubatnya Bang Napi ke Jalan Illahi
Batang - Didasari besarnya rasa penyesalan karena telah dua kali masuk jeruji, Abdul Hakim salah seorang narapidana narkoba, memilih hijrah dari dunia kelam menuju jalan Allah dengan taubatan nasuha.
Batang - Didasari besarnya rasa penyesalan karena
telah dua kali masuk jeruji, Abdul Hakim salah seorang narapidana narkoba,
memilih hijrah dari dunia kelam menuju jalan Allah dengan taubatan nasuha.
Menekuni ajaran agama Islam mulai dari tata cara
salat sesuai tuntunan Rasulullah hingga mempelajari ayat demi ayat dalam kitab
suci Alquran, hingga membuatnya mampu menghafal.
Saat ditemui mengikuti tadarus Alquran bersama 74
rekan WBP lainnya, Panjer sapaan akrabnya, mengisahkan perjalanan hidupnya
hingga menemukan pintu hidayah di Rutan Kelas IIB, Kabupaten Batang, Kamis
(6/5/2021).
Pria 31 tahun yang pernah berprofesi sebagai seniman
tato, mengutarakan alasan terbesarnya bertaubat.
“Sekarang yang menghukum manusia saja begini
rasanya, apalagi nanti kalau yang menghukum malaikat. Orang tua sempat
menangis, ya saya merasa kasihan kalau nakal terus, istri juga sudah pergi ga
tahu kabarnya,” ungkapnya.
Maka menjadi santri Pondok Pesantren Darut Taubah
menjadi pilihan terbaik baginya.
Dirinya pernah belajar membaca huruf hijaiyah saat
kecil, namun tidak begitu ditekuninya. Dan saat dalam Rutan ini ia meneruskan
belajar Alquran, mulai serius mengikuti program santri.
“Ternyata bukan hanya ngaji Alquran saja, tapi
bersama para Kyai dan Ustaz belajar tentang tajwid, menghafalkan hadist-hadist
nabi, tausiah biar bisa mengisi kultum, majelis taklim,” jelasnya.
Pelajaran yang paling ditekuni beberapa tahun ini
adalah menghafal ayat-ayat suci Alquran.
“Waktu yang paling baik buat menghafal ayat adalah
setelah salat subuh, karena banyak orang yang tidur, jadi ga ada yang
mengganggu,” tuturnya.
Ia juga sempat mengungkapkan kerinduan kepada orang
tuanya, yang di masa pandemi Covid-19 ini tidak bisa bertemu karena ada
kebijakan menghindari kerumunan.
“Bisanya ya cuma telepon minta doa sama orang tua,
biar dimudahkan semua urusannya,” imbuhnya.
Ia mengaku, sampai detik ini orang tuanya belum
mengetahui bahwa dirinya sudah bertaubat dan dapat menghafal Alquran.
Ia mengingat betul pesan dari orang tuanya, demi
masa depan yang baik, tidak perlu bermain-main dengan penyalahgunaan narkoba.
“Dulu setiap hari saya narkoba, tidak pernah lepas.
Dulu waktu jadi pengedar kalau beli itu banyak sampai berkaleng-kaleng, belinya
dua kaleng harganya Rp800 ribu,” bebernya.
Pria yang akrab disapa Panjer ini mengharapkan, jika
diberikan kesempatan ingin memperdalam ilmu agama di dalam Rutan Batang.
“Dulu masuk Rutan yang pertama empat tahun. Yang
kedua ini enam tahun, masih harus tiga tahun lagi. Kalau main narkoba lagi
nanti hukumannya berapa tahun lagi, makanya saya taubat,” ujar dia.
Baginya kebebasan adalah hal terpenting dalam kehidupan
sebagai manusia seutuhnya. Pasti semua orang tidak mau dipenjara, cuma mau
tidak mau ya harus dijalani. Kalau menjalaninya dengan perasaan negatif, nanti
malah bikin stres, tapi kalau melakukan hal-hal yang baik kan banyak teman yang
baik-baik semua.
Ia berpesan kepada para pemakai narkoba, berhentilah
menyalahgunakan obat-obatan terlarang.
“Kalau ditangkap polisi itu belum apa-apa, tapi
kalau yang nangkap malaikat, sudah ga bisa apa-apa lagi. Taubatlah mulai dari
sekarang, sebelum dapat murka dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” tegasnya.
Kepala Rutan Batang, Rindra Wardhana menerangkan,
kehidupan para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) selalu dalam pantauan, baik
peningkatan atau penurunan.
Terutama pada WBP yang telah lama berada di dalam
Rutan, jika ada peningkatan, tentu sesuai harapan.
“Setiap orang yang masuk harus ada perubahan ke arah
lebih baik. Jangan sampai berhenti di satu titik saja,” harapnya.
Salah satu WBP yang menjadi perhatian, seluruh
masyarakat Rutan Batang adalah Panjer mengalami banyak peningkatan, khususnya
di bidang keagamaan.
“Dia bisa mengaktualisasikan dan mengembangkan
potensi dirinya. Buktinya ada kemauan kuat dalam dirinya, untuk berubah lebih
baik,” jelasnya.
Ia mengharapkan, semangat yang dimilikinya pun sama
besarnya nanti dengan WBP lain.
“Teman-teman WBP yang punya kemampuan dan bakat
terpendam, kami dukung. Panjer ini, selain punya kemampuan untuk hafalan
Alquran, sebenarnya dia ahli melukis. Maka kami memfasilitasi keahlian yang
dimiliki agar ketika bebas, bakatnya tidak hilang,” terangnya.
Sebelum ada pandemi, memang pihaknya mengundang
ustaz baik dari Kemenag Batang maupun Pesantren Al Ikhsan Darut Taubah, untuk
bersama-sama ikut melakukan pembinaan dalam Rutan.
“Namun karena pandemi, kami saat ini mengoptimalkan
kemampuan para santri Darut Taubah untuk membagikan ilmu yang telah didapat
dari para kyai dan ustaz,” pungkasnya.
Selama Ramadan, kegiatan keagamaan 75 santri
Darut Taubah tetap berjalan dengan protokol kesehatan seperti mengaji dan salat
tarawih di ruang masing-masing. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)