Hilangkan Sejenak Rasa Sakit, Belasan Anak Penyintas Thalasemia diajak Outbond Bareng

Batang - Belasan anak penderita penyakit langka dari kelainan genetik yaitu Thalasemia, mengikuti Outbond. Mereka tergabung dalam forum Pejuang Thalasemia. Totalnya ada 18 anak di Kabupaten Batang sebagai penyintas.
Batang - Belasan anak
penderita penyakit langka dari kelainan genetik yaitu Thalasemia, mengikuti Outbond.
Mereka tergabung dalam forum Pejuang Thalasemia. Totalnya ada 18 anak di Kabupaten
Batang sebagai penyintas.
Keceraiaan pun tampak
di wajah anak penyitas Thalasemia yang diajak untuk bernyanyi dan berjoget. kegiatan
itu sebagai bentuk peringatan Hari Thalasemia yang baru bisa dilaksanakan. Hari
Thalasemia jatuh setiap 8 Mei.
“Misinya, kita
memberikan semangat dan refreshing bagi penderita Thalasemia. Karena kasihan, mereka
sendiri rutinitas sehari-hari transfusi,” kata dokter spesialis anak RSUD
Kalisari Batang, Tan Evi Susanti, saat ditemui di Kebun Teh Pagilaran,
Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Minggu (18/9/2022).
Para penyintas
Thalasemia harus menjalani transfusi darah setiap dua minggu hingga sebulan
sekali. Transfusi itu akan berlangsung sepanjang hidup.
Kegiatan Outbond juga
diisi dengan pemberian semangat dan pengetahuan untuk para penyintas serta
orangtua. Para penyintas harus tetap rutin mengonsumsi obat klasi besi.
“Pada kegiatan ini,
mereka diedukasi untuk mencari pasangan yang nantinya sehat dan tidak ada
Thalasemia. Anak Thalasemia juga bisa berprestasi, bahkan di Batang ada yang
menjadi dokter,” jelasnya.
Evi mengatakan
keberadaan komunitas bisa membantu merangkul anak-anak yang kurang percaya
diri. Lalu, para orangtua juga bisa saling sharing
dalam komunitas sehingga tidak merasa sendiri.
“Thalasemia adalah
kelainan darah bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen
(hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal,”
terangnya.
Salah satu orangtua
penyintas, Dian Widyastuti mengatakan, Thalasemia bukan penyakit tapi kelainan
genetik. Harapannya sebagai orangtua, ada penelitian lebih lanjut tentang obat
atau hal baru terkait pengobatan Thalasemia.
Selain itu, Dian juga
berharap ada sosialisasi tentang Thalasemia untuk masyarakat. Misal, perlu
screening khusus pada pasangan yang akan menikah, terkait ada tidaknya bibit
genetik pembawa Thalasemia dan lain sebagainya.
“Forum pejuang Thalasemia
ini sangat membantu, kita sebagai orangtua penyitas bisa berbagi informasi suka
duka dan tidak merasa sendiri,” ujar dia.
(MC Batang, Jateng/Edo/Jumadi)