Layanan Kelas BPJS Kesehatan, Segera Berganti KRIS

Batang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan saat ini sedang bersiap-siap mengganti layanan kelas menjadi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), yang bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan secara merata tanpa melihat besaran iurannya.
Batang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan saat ini sedang bersiap-siap
mengganti layanan kelas menjadi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), yang bertujuan
untuk memberikan layanan kesehatan secara merata tanpa melihat besaran
iurannya.
Perlu diketahui,
layanan kelas yang selama ini diberikan yakni terdiri dari kelas 1 besaran
iuran tiap orang Rp150.000,00 per bulan dengan kapasitas tempat tidur 2-4
pasien.
Kelas 2 besaran iuran
Rp100.000,00 per bulan dengan
kapasitas tempat tidur 3-5 pasien. Dan
kelas 3 besaran iuran Rp35.000,00 per bulan dengan standar pelayanan minimum.
Kepala BPJS Kesehatan
Batang Indra Berlian Nirwana menyampaikan, sampai hari ini BPJS masih
menerapkan aturan Perpres Nomor 64 Tahun 2020, yang menggunakan kelas 1,2 dan 3
dalam memberikan layanan kesehatan.
“Sekarang kan masih
taraf uji coba awal bulan Juli, di beberapa rumah sakit di Ibukota. Kalau nanti
pemerintah sudah memberlakukan KRIS, ya kami siap melaksanakan,” katanya, saat
ditemui di Kantor BPJS Kesehatan, Kabupaten Batang, Senin (13/6/2022).
Ia menegaskan, untuk
standar pelayanan KRIS masih harus menunggu kepastian dari Pemerintah Pusat.
Termasuk besaran iurannya pun menunggu regulasi yang ditentukan.
“Nanti akan ada
ketentuan khusus untuk luasan kamarnya, kelengkapan fasilitas yang harus ada.
Namun sampai hari ini belum ada ketentuan dari pusat,” tegasnya.
Ia memastikan, kualitas
layanan kesehatan dari sisi medis tetap sama. Namun yang membedakan hanya
layanan non medis.
“Kalau dulu kelas 1
ruangannya berpendingin udara, jumlah pasien hanya 1 atau 2 orang, tapi kalau
kelas 3 hanya pakai kipas angin dan satu ruangan pasiennya banyak,” jelasnya.
Masyarakat harap
bersabar karena saat ini masih dalam proses, maka masih harus menunggu tentang
fasilitas penunjang KRIS.
Ia menambahkan, progres
pencapaian Universal Health Coverage hingga bulan Mei 2022 sebanyak 703.838
jiwa atau 86,80 persen telah menjadi peserta BPJS Kesehatan dari jumlah
keseluruhan masyarakat Kabupaten Batang 810.845 jiwa.
“Jadi masih ada 107.007
warga Batang yang belum menjadi peserta BPJS Kesehatan,” terangnya.
Ditemui secara
terpisah, Manajer Pelayanan RS QIM Batang, dr. Maftuhah Nurbeti mengatakan,
dalam penerapan KRIS nantinya ada ketentuan-ketentuan tertentu untuk memberikan
layanan.
“Ada ketentuan fasilitas
yang diberikan seperti jarak antar tempat tidur pasien dan luas ruangannya.
Sehingga untuk RS QIM sendiri, konsekuensinya ketika ada KRIS, nanti harus ada
pengurangan kapasitas tempat tidur,” terangnya.
Ia mengakui, dengan
adanya pengurangan jumlah tempat tidur, nantinya pasti akan berpengaruh pula
pada pendapatan rumah sakit.
“Ini masih wacana dan
rumah sakit diminta untuk mempersiapkan segala sesuatunya, seperti sarana
prasarana penunjangnya. Kami sedang melakukan penghitungan untuk jumlah tempat
tidur, baik di kelas 1, 2 maupun 3,” ujar dia.
Ia mengharapkan,
apabila pemerintah telah menerapkan KRIS, pasien tetap tertampung oleh rumah
sakit.
“Jangan sampai ketika
kapasitas tempat tidur berkurang, juga berpengaruh pada pasien yang tidak
tertampung,” pungkasnya. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)