Jaga Volume Air, Pranten Ditanami Ribuan Pohon
Batang Banyaknya pohon yang ditebang dan dialih fungsikan menjadi lahan pertanian kentang oleh warga, membuat hutan lindung mengalami penggundulan. Jika terjadi pembiaran, dikhawatirkan volume air menurun serta rawan timbulnya bencana longsor.
Batang Banyaknya
pohon yang ditebang dan dialih fungsikan menjadi lahan pertanian kentang oleh
warga, membuat hutan lindung mengalami penggundulan. Jika terjadi pembiaran,
dikhawatirkan volume air menurun serta rawan timbulnya bencana longsor.
Untuk mengatasinya,
sejumlah komunitas peduli lingkungan melakukan penanaman ribuan pohon yang
diharapkan mampu menjadi penahan longsor dan meningkatkan volume air.
Ketua Kelompok Tani
Hutan (KTH) Watu Jadi sekaligus perwakilan Manajemen Dharmawangsa Subur
mengatakan, kondisi hutan terutama di Desa Pranten sebagian besar telah gundul
karena dialih fungsikan menjadi lahan pertanian.
“Makanya teman-teman
dari lintas komunitas yang peduli hutan, prihatin dengan kondisi ini. Yang
paling dikhawatirkan adalah volume air yang mulai berkurang karena permukaan
tanah bagian atas sudah gundul tanpa pohon sama sekali,” katanya, saat
dihubungi melalui WhattsApp, Senin (6/6/2022).
Ia mengkhawatirkan
rawan terjadi longsor saat hujan lebat. Jika longsor yang terjadi cukup besar
tentu berdampak buruk bagi masyarakat.
“Kami berupaya menjaga
kelestarian hutan dengan menanam pohon atau bibit pohon yang bisa bertahan di
bawah tegakan. Ada 6 ribu pohon yang ditanam yakni kayu Puspa, Akasia, Damar
dan tanaman kopi serta pohon Beringin untuk memperkuat aliran air,” jelasnya.
Untuk memanfaatkan
hutan tidak selalu dengan melakukan penggundulan. Tapi dengan cara menanam yang
baik, manfaatnya bisa dipetik di masa depan, dengan volume air yang mencukupi.
“Hutan lindung itu jika
jumlah pohonnya sudah meningkat, bisa menjadi penyumbang oksigen. Satu pohon
bisa menghasilkan sampai 250 ribu oksigen, itu lebih baik dibandingkan jika
ditanami kentang,” tegasnya.
Pihak KTH akan terus
berkoordinasi dengan warga setempat supaya dapat menjaga bibit pohon yang telah
ditanam.
“Nantinya tiap tiga
bulan sekali kami bersama lintas komunitas akan menggelar acara kemah sambil
menjaga dan merawat. Kalau diketahui ada pohon yang hilang atau rusak,
pelakunya akan dikenai sanksi,” tegasnya.
Ia berkeyakinan apabila
warga Desa Pranten, Deles dan Bintoro Mulyo dapat menjaga kelestarian hutan,
dengan menerapkan pola tanam yang baik, yakni tidak ditanami kentang, tentu
dapat menjadi sumber oksigen dan air di wilayah bawah.
Administratur Perhutani
KPH Pekalongan Timur, Untoro Tri Kurniawan mengatakan, kawasan hutan KPH
Pekalongan Timur mencapai 18 ribu hektar. Sebagian memang dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk bercocok tanam, namun tidak sesuai peruntukannya.
“Yang disayangkan
mereka mematikan pohon. Makanya perlu ada pemahaman kepada masyarakat,” tuturnya.
Perhutani sudah
mempunyai program Perhutanan Sosial, di Desa Gerlang.
“Salah satu tanaman
yang disarankan adalah kopi karena bisa menjaga daerah resapan air tetap terjaga. Di lapangan masih ditemukan
warga yang belum memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian
hutan,” ungkapnya.
Salah satu desa yang
warganya mulai beralih dengan tidak lagi menanam kentang adalah Deles.
“Warga di sana sudah
menanam alpukat dan kopi. Keduanya termasuk tanaman keras, jadi secara ekonomi
dan kelestarian alam warga tetap mendapat manfaatnya,” ujar dia.
Ia menegaskan, warga
tidak disarankan menanam kentang karena bertolak belakang dengan konsep
konservasi.
“Khusus sayuran masih
diperbolehkan asal ditanam di antara pohon-pohon penopang berukuran besar,
dengan jarak yang ditentukan,” pungkasnya. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)