Tari Babalu Kini Memukau Lewat Pertunjukan Kolosal

Batang Suasana panggung terbuka mendadak berubah semarak ketika ratusan siswa menari tampil serentak membawakan sebuah tarian daerah, tari babalu yang selama ini jarang dikenal masyarakat luas. Acara pertunjukan kolosal tersebut digelar di SMA Negeri 1 Wonotunggal dan mengangkat kembali warisan budaya yang hampir tenggelam oleh perkembangan zaman.
Batang Suasana panggung terbuka mendadak berubah semarak ketika ratusan siswa menari tampil serentak membawakan sebuah tarian daerah, tari babalu yang selama ini jarang dikenal masyarakat luas. Acara pertunjukan kolosal tersebut digelar di SMA Negeri 1 Wonotunggal dan mengangkat kembali warisan budaya yang hampir tenggelam oleh perkembangan zaman.
Dengan
busana khas tradisional daerah, para siswa menampilkan gerak ritmis yang penuh
makna. Iringan musik tradisional yang menggema menambah suasana magis, membuat
penari larut dalam keindahan seni yang sesungguhnya merupakan identitas bangsa.
Plt
Kepala SMA Negeri 1 Wonotunggal Aris Sugiharto menyampaikan, apresiasi tinggi
terhadap terselenggaranya kegiatan tari kolosal yang menampilkan tarian daerah
(Babalu). Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga
bentuk nyata pelestarian budaya bangsa yang harus terus ditanamkan kepada generasi
muda.
“Saya
sangat bangga dengan semangat siswa kami yang begitu antusias mengikuti tari
kolosal Babalu ini. Melalui kegiatan ini, anak-anak tidak hanya belajar menari,
tetapi juga belajar nilai dan mencintai budaya sendiri.” Katanya saat ditemui
di SMAN 1 Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jumat (22/8/2025).
Kegiatan
menari kolosal ini diharapkan menjadi tonggak bagi generasi muda untuk semakin
mencintai dan menjaga warisan budaya. Lebih dari sekadar pertunjukan, acara ini
juga menjadi simbol bahwa seni tradisi akan terus hidup jika diwariskan dengan
penuh cinta dan kebersamaan. Tambahnya.
Sementara
itu, budayawan sekaligus pendidik Ahmad Zainuri mengatakan, sebenarnya tari
babalu itu muncul sekitar tahun1930an pada saat terjadi perlawanan terhadap
Belanda. Pada saat itu pejuang Batang ketika berkumpul selalu dibubarkan oleh
Belanda, sehingga pejuang Batang tidak bisa melakukan perlawanan.
“Maka
pejuang Batang membentuk kesenian Babalu, untuk mengecoh Belanda. Sedangkan
Babalu itu sendiri artinya aba-aba dulu, sebelum melalukan penyerangan terhadap
Belanda. Itu sengaja diciptakan supaya mereka tidak dicurigai oleh Belanda,”
jelasnya.
Tarian
Babalu merupakan tarian warisan leluhur, maka dari itu perlu dilestarikan oleh
kita semua khususnya generasi muda, masyarakat, dan dunia pendidikan.
Salah
satu siswa peserta tari, Nayla Arma Nabila mengaku bangga bisa ikut ambil
bagian dalam pertunjukan ini.
“Awalnya
agak sulit mempelajari gerakannya, tapi setelah berlatih bersama teman-teman,
kami justru merasa semakin kompak. Rasanya bangga sekali bisa ikut melestarikan
budaya daerah,” ungkapnya. (MC Batang, Jateng/Tama/Jumadi)