Agribisnis UNDIP Batang, Siapkan Mental Masyarakat Kelola Keberagaman
Batang - Program Studi Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (UNDIP) Kampus Batang menggelar kuliah umum daring bertajuk Living with Diversity. Kegiatan ini merupakan bagian dari program World Class University, yang menghadirkan narasumber internasional, Associate Professor Kumar Yogeeswaran dari University of Canterbury, New Zealand.
Batang - Program Studi Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (UNDIP) Kampus Batang menggelar kuliah umum daring bertajuk Living with Diversity. Kegiatan ini merupakan bagian dari program World Class University, yang menghadirkan narasumber internasional, Associate Professor Kumar Yogeeswaran dari University of Canterbury, New Zealand.
Dalam
pemaparannya, Kumar menyoroti pentingnya inklusi sosial, toleransi, dan
pendekatan interkultural dalam mengelola keberagaman masyarakat di era
globalisasi. Menurutnya, keberagaman realitas tak terelakkan sekaligus potensi
besar yang bila dikelola dengan baik, dapat mendorong kreativitas, inovasi, dan
pertumbuhan sosial.
“Manusia
adalah makhluk sosial yang secara alami membentuk komunitas. Namun, dalam
komunitas itu, perbedaan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita,” katanya
saat ditemui dalam sesi kuliah, di Undip Batang, Kabupaten Batang, Rabu
(21/5/2025).
Ia
mengingatkan, tanpa pengelolaan yang bijak, keberagaman dapat melahirkan
konflik, prasangka, hingga ketimpangan sosial. Karenanya pendekatan inklusif
yang mampu merangkul seluruh kelompok dalam masyarakat sangat dibutuhkan untuk
membangun persatuan dalam keragaman.
Kumar
menjelaskan toleransi adalah landasan penting dalam hidup berdampingan secara
damai. “Toleransi bukan berarti menyetujui semua hal, melainkan menerima
perbedaan tanpa mengorbankan keyakinan sendiri, dengan tetap membuka ruang
dialog,” tegasnya.
Kumar
memperkenalkan konsep interkulturalisme, yang dianggap sebagai pendekatan lebih
progresif dibandingkan multikulturalisme. Interkulturalisme menekankan dialog
antarbudaya dan pembentukan identitas kebangsaan yang inklusif.
“Interaksi
aktif antar kelompok budaya menjadi kunci keharmonisan sosial. Pendekatan ini
telah didukung oleh organisasi seperti UNESCO dan Komisi Eropa,” terangnya.
Ia
mencontohkan Indonesia sebagai negara yang secara konstitusional mengakui dan
merayakan keberagaman, namun masih menghadapi tantangan nyata dalam mewujudkan
persatuan sejati. Dalam konteks tersebut, ruang dialog dan interaksi
antarkelompok menjadi semakin penting.
Menutup
kuliah umum, Kumar mengajak peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen untuk
merefleksikan peran individu dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif
dan harmonis.
“Dengan
memahami dan menghargai perbedaan, serta terlibat dalam dialog konstruktif,
kita dapat bersama-sama membentuk masa depan yang lebih baik untuk semua,” pungkasnya.
(MC Batang, Jateng/Heri/Sri Rahayu)