Home / Berita / Pelayanan Publik / PERSAINGAN SENGIT BUKU DAN GAWAI

Berita

Persaingan Sengit Buku dan Gawai

Batang - Buku adalah benda yang tak bisa terlepaskan dari keseharian kita, karena hampir seluruh ilmu pengetahuan ada di dalamnya. Namun sejak hadirnya gadget, seakan menggeser keberadaannya yang menjadi pusat pengetahuan, seakan mencitrakan adanya persaingan yang sangat sengit antara keduanya, demi menggaet perhatian pembacanya.

Batang - Buku adalah benda yang tak bisa terlepaskan dari keseharian kita, karena hampir seluruh ilmu pengetahuan ada di dalamnya. Namun sejak hadirnya gadget, seakan menggeser keberadaannya yang menjadi pusat pengetahuan, seakan mencitrakan adanya persaingan yang sangat sengit antara keduanya, demi menggaet perhatian pembacanya.

Para pendidik pun ikut merasa gerah melihat tingkah polah anak didiknya yang lebih genit dengan benda bernama gadget itu. Hampir dipastikan, setiap harinya 4 sampai 5 jam mata mereka terpaku di depan layar gadget.

Salah satu remaja, Siswi MTs. NU Batang Nyimas Wulansari mengatakan, kegemarannya membaca memang tak bisa dibendung. Namun jika melihat intensitasnya, ia mengakui, lebih tertarik pada gadget daripada buku.

Remaja pecinta novel ini, mengaku, mampu menghabiskan 1 judul novel bertema percintaan dalam waktu sebulan.

“Kalau baca buku novel di rumah, bisa 3 sampai 4 jam. Tapi kalau pakai gawai baca novelnya bisa sampai 6 jam karena lebih asyik dan tampilannya lebih menarik,” katanya, saat ditemui di Mobil Perpustakaan Keliling (Perpusling) halaman MTs. NU Batang, Kabupaten Batang, Jumat (17/5/2024).

Lain halnya dengan Nabila, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, yang memandang persaingan sengit itu rasanya tak berlaku baginya. Baginya buku adalah jendela dunia yang begitu memesona, seolah gunungan ilmu pengetahuan yang patut digali sedalam mungkin.

“Buat saya malah lebih hemat pakai buku konvensional karena ga ngeluarin biaya. Kalau gawai harus beli kuota dan sebagainya, jadi saya pilih buku fisik,” jelasnya.

Kendati terkesan ada persaingan yang begitu keras, namun para pustakawan yang setiap harinya berkutat di dunia literasi, nyatanya tak mempermasalahkannya. Mereka mengakui, ada persaingan untuk memperebutkan perhatian dari penikmatnya masing-masing.

Sementara itu, Pustakawan Ahli Muda Disperpuska Batang Sutiawati menyampaikan, teknologi digital makin marak menjangkiti usia anak hingga dewasa. Namun, Perpustakaan tetap memegang tali kekang, agar tetap bisa mengambil peran penting untuk mencerdaskan kehidupan generasi muda.

“Kami menyiasatinya dengan memfasilitasi dengan E-Perpus Batang yang bisa diunduh lewat Playstore,” terangnya.

Walau tuntutan modernisasi di dunia literasi terus menghimpit, namun para pemustaka tetap menunjukkan kegilaan pada buku konvensional.

“Kami tidak khawatir buktinya selama dua tahun belakangan ini koleksi buku kami terus bertambah. Mulai dari cerita fiksi untuk memenuhi dahaga imajinasi anak-anak usia pelajar hingga kaum ibu yang tetap menjajaki dunia kuliner lewat buku-buku resep masakan konvensional,” ujar dia.

Perpustakaan Daerah Batang ini terus bebenah, dengan meningkatkan pelayanan kepada pemustaka. Hingga mampu menyedot 300 pengunjung setiap bulannya. (MC Batang, Jateng/Heri/Sri Rahayu)