Minim Perhatian, RSUD Batang Intens Periksa THT Pelajar
Batang - Untuk kesekian kalinya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batang menggelar bakti sosial pemeriksaan kesehatan mata dan telinga bagi 400 peserta lansia dan pelajar SD. Pemeriksaan intensif dilakukan melihat minimnya perhatian warga akan kesehatan kedua indera tersebut.
Batang -
Untuk kesekian kalinya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batang menggelar bakti
sosial pemeriksaan kesehatan mata dan telinga bagi 400 peserta lansia dan
pelajar SD. Pemeriksaan intensif dilakukan melihat minimnya perhatian warga
akan kesehatan kedua indera tersebut.
Dari hasil pendataan, 52
anak mengalami gangguan pendengaran, 215 anak gangguan penglihatan dan 59
lansia gangguan penglihatan yang terindikasi katarak.
Penjabat (Pj) Bupati
Batang Lani Dwi Rejeki mengatakan, seringkali anak menganggap remeh gangguan
pendengaran dan penglihatan, namun jika dibiarkan akan berdampak buruk saat
kegiatan belajar mengajar di kelas.
“Mereka menyepelekan
padahal setelah diperiksa, ditemukan sumbatan di telinga. Termasuk tanda-tanda
anak terindikasi mata minus, nanti akan dibantu kacamata gratis,” terangnya,
saat meninjau bakti sosial RSUD Batang, dalam rangka memperingati Hari Jadi Ke-58
Kabupaten Batang, di Pendapa, Senin (29/4/2024).
Ketua Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) Cabang Batang Muryanto mengatakan, pemeriksaan kesehatan mata
dan telinga akan diintensifkan tidak hanya saat ini, tetapi di waktu yang akan
datang.
“Layanan pemeriksaan
kesehatan mata dan telinga juga akan menyasar ke desa atau kecamatan yang
warganya belum bisa datang hari ini,” jelasnya.
Dokter Spesialis THT
Konsulen Linguistik Muyassaroh mengatakan, dari hasil pemeriksaan mayoritas
anak terdapat sumbatan dalam telinga.
“Sebetulnya tidak perlu
dikorek karena dalam telinga sudah ada bulu halus yang otomatis mengeluarkan
kotoran. Tapi akan lebih baik jika dilakukan pemeriksaan rutin setahun sekali
untuk mengetahui kondisinya,” tegasnya.
Dokter Spesialis Mata
Dera Tresna Utami menyampaikan, pemeriksaan dilakukan kepada lansia dan pelajar
SD. Mayoritas lansia mengalami gangguan penglihatan yang mengarah pada katarak
sedangkan pelajar pada gejala mata minus.
“Pemeriksaan dilakukan
pada syaraf mata, adalah kelainan dan kataraknya. Hasilnya, mayoritas harus
dirujuk ke RSUD untuk dilakukan penanganan medis lanjutan karena terindikasi
katarak untuk lansia,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala SDN
Karangasem 2 Nuraeni mengapresiasi, bakti sosial tersebut karena membantu
mengetahui kondisi kesehatan mata dan telinga anak.
“Dari pendataan guru
kelas, ditemukan 5 anak yang mengalami gangguan penglihatan. Kebanyakan mereka
tidak bisa melihat jelas saat kegiatan pembelajaran,” ujar dia. (MC Batang,
Jateng/Heri/Jumadi)