Rayakan Sumpah Pemuda, Ratusan Santri Gelar Kirab Bendera
Batang - Ratusan santri dan anggota perguruan pencak silat se-Kabupaten Batang menggelar kirab obor dan bendera merah putih sejauh 3,5 kilometer dengan rute halaman Makam Mbah Kyai Hasan Surgi Jatikusumo - Makam Astana Pasekaran - Jalan Pemuda - Jalan A. Yani - Jalan Ahmad Dahlan - Jalan Brigjend Katamso dan berakhir di Jalan Veteran, dengan penyerahan bendera dari peserta kirab kepada perwakilan Pemkab Batang.
Batang - Ratusan santri
dan anggota perguruan pencak silat se-Kabupaten Batang menggelar kirab obor dan
bendera merah putih sejauh 3,5 kilometer dengan rute halaman Makam Mbah Kyai
Hasan Surgi Jatikusumo - Makam Astana Pasekaran - Jalan Pemuda - Jalan A. Yani
- Jalan Ahmad Dahlan - Jalan Brigjend Katamso dan berakhir di Jalan Veteran,
dengan penyerahan bendera dari peserta kirab kepada perwakilan Pemkab Batang.
Ketua panitia sekaligus
perwakilan Santri Peduli Jaga Lingkungan (Pedal) Batang, Muhammad Ilzam
mengatakan, kegiatan maulidurrosul burdah lintas kota digelar bersamaan dengan
peringatan Hari Santri serta Sumpah Pemuda, sebagai wujud kecintaan terhadap Rasulullah
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.
“Di sisi lain kirab ini
juga sebagai refleksi bahwa di zaman perjuangan pun ada kontribusi para santri,
bersama pemuda, untuk membangkitkan semangat perjuangan generasi muda Batang,” katanya,
sebelum memberangkatkan 150 santri dari komplek Makam Mbah Kyai Hasan Surgi
Jatikusumo, Kedungdowo, Pasekaran,
Kabupaten Batang, Sabtu (28/10/2023) malam.
Peserta didominasi dari
anggota pencak silat Pagarnusa, Kramat Jati, Grib Jaya Indonesia, Pemuda
Kadilangu, majelis taklim dan lainnya. Relawan Santri Pedal sendiri berfokus
pada kegiatan sosial agar kemanfaatannya makin terasa bagi masyarakat.
Sementara itu, Ketua
PBNU Bidang Hukum, Savic Ali mengatakan, menjadi even yang sangat penting
karena dapat dijadikan pembelajaran bagi para santri , tentang peran serta
ulama dan santri selama memperjuangkan kemerdekaan.
“Peringatan malam ini
untuk menghormati perjuangan dan pengorbanan para ulama dan santri dalam
merebut kemerdekaan, hingga dicetuskannya Resolusi Jihad yang menelurkan Hari Santri
Nasional, 22 Oktober lalu oleh pemerintah,” jelasnya.
Sebagai santri di masa
kini, tak hanya mumpuni dalam ilmu keagamaan seperti fiqih, tafsir hadist dan
lainnya. Tetapi seorang santri pun dituntut untuk peduli terhadap kemajuan
bangsanya.
“Jika di masa
penjajahan, santri diminta berjuang melawan kolonialisme melalui Hizbullah.
Tapi di era digital, mereka diminta mengikuti perkembangan teknologi informasi,
namun tetap memiliki jiwa pengabdian,” ujar dia. (MC Batang,
Jateng/Heri/Jumadi)