4 Badut Bersanggul Meriahkan Hari Santri Nasional
Batang Seluruh masyarakat dari berbagai kalangan ikut merayakan, Hari Santri Nasional (HSN). Tak terkecuali Kampung Hijrah, Serikat Pekerja Nasional (SPN) dan Omah Tani yang merayakannya, ala kaum buruh dan petani.
Batang Seluruh
masyarakat dari berbagai kalangan ikut merayakan, Hari Santri Nasional (HSN).
Tak terkecuali Kampung Hijrah, Serikat Pekerja Nasional (SPN) dan Omah Tani
yang merayakannya, ala kaum buruh dan petani.
Puluhan petani dan
buruh bersama 4 badut bersanggul menggelar kirab pawai obor dimulai dari
halaman SDN Kambangan 1 Kambangan hingga finis di Dusun Cepoko, Desa Tumbrep
Bandar.
Panitia Peringatan Hari
Santri, Kampung Hijrah, Gotama Bramanti mengatakan, para petani dan kaum buruh
merayakan HSN, agar tercipta persatuan.
“Mereka supaya bisa
mengambil energi positif, memiliki semangat kebersamaan untuk bangkit lebih
cepat,” katanya, saat ditemui usai merayakan HSN, di Dusun Cepoko, Desa Tumbrep
Bandar, Sabtu (22/10/2022).
Ia menerangkan, pawai
obor diikuti puluhan warga yang berjalan kaki hingga 2 kilometer, untuk
menunjukkan semangat kaum tani yang mau bangkit yang diibaratkan api yang terus
menyala.
Menariknya, kirab itu
juga dikawal oleh 4 badut yang diperankan kaum ibu.
“Maksudnya badut itu
merupakan simbol ketika kita menghadapi permasalahan, serius tapi santai,” jelasnya.
Ia menambahkan perayaan
ini juga ditutup dengan doa bersama dan simthud duror.
Salah satu pemeran
badut bersanggul, Sulis mengutarakan, berperan sebagai badut merupakan cara
berekspresi di tengah kesibukannya sebagai penjual kue tradisional.
“Ya pokoknya kalau
sudah pakai tata rias seperti badut ditambah sanggul, itu sudah berubah bukan
diri kita. Itu cara kami melepas kepenatan setelah jualan seharian, dengan
berusaha menghibur orang juga,” terangnya.
Menurutnya, dengan
kirab bersama warga itu cara kaum buruh dan petani memaknai HSN.
“Suasana perayaannya
lebih merakyat dengan hiburan sederhana, tapi tetap ada sisi religiusnya,”
ungkapnya.
Sekretaris 1 MUI
Batang, KH. Hijroh Saputro sangat mengapresiasi perayaan HSN yang digelar Omah
Tani, SPN dan Kampung Hijrah bersama warga Bandar dan sekitarnya.
“Saking senangnya saya
lebih memilih merayakan HSN bersama mereka. Padahal di tempat saya juga
menggelar perayaan yang sama,” tuturnya.
Kehadirannya hanya
untuk memberikan semangat kepada masyarakat karena rela berjalan kaki di tengah
guyuran hujan, demi merayakan HSN.
“Mereka antusias
merayakan HSN sesuai keinginan mereka. Cukup berjalan kaki sambil berselawat
bersama 4 kaum ibu yang berdandan seperti badut, itulah cara mereka
mengungkapkan kebahagiaan dalam merayakan HSN,” ungkapnya.
Ia mengapresiasi
meskipun mereka mengaji di Taman Pendidikan Alquran (TPQ) atau mengaji Alquran
di Musala ba’da magrib, juga layak disebut santri.
“Santri itu tidak hanya
yang bagi mereka yang menuntut ilmu di pondok pesantren, tapi sama halnya bagi
masyarakat umum yang bersemangat membaca Alquran tiap malam dibimbing ustaz
atau kiai,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)