Para Petani Batang Mulai Budidayakan Pohon Gaharu

Batang - Permintaan Kayu Gaharu sangat tinggi baik di pasar nasional maupun pasar internasional. Menjadikan populasi pohon gaharu di hutan Indonesia terancam punah. Pohon Gaharu atau Agarwood merupakan salah satu tanaman yang terkenal memiliki nilai ekonomis hingga mencapai ratusan juta.
Batang - Permintaan Kayu
Gaharu sangat tinggi baik di pasar nasional maupun pasar internasional.
Menjadikan populasi pohon gaharu di hutan Indonesia terancam punah. Pohon
Gaharu atau Agarwood merupakan salah satu tanaman yang terkenal memiliki nilai
ekonomis hingga mencapai ratusan juta.
Pohon Gaharu memiliki
bau wangi dan sudah terkenal manfaatnya untuk obat herbal yang terkenal sejak
jaman dulu. Dalam 7 tahun terakhir petani Batang mulai banyak yang
membudidayakan Pohon Gaharu.
“Pendampingan atau
berbagi keahlian kepada para petani menjadi upaya Indonesia dalam memutus
rantai ketergantungan kayu gaharu yang dipanen dari hutan,” kata pendamping
sekaligus pegiat Gaharu asal Blitar Jawa Timur, Dewi Fortuna, saat ditemui di
Desa Sempu, Kecamatan Limpung, Kabupaten
Batang, Sabtu (13/11/2021).
Untuk menjaga
kelestarian alam dari kepunahan, salah satunya solusi budidaya dengan metode
rekayasa seperti menyuntik pohon dengan cara dibor kemudian diberikan serum
untuk merangsang Pohon Gaharu menghasilkan getah.
Namun, lanjut dia, karena
salah penanganan, ribuan tanaman bernama latin Aquilaria Malaccensis tersebut
tidak banyak produktif sehingga potensi ekonominya kurang maksimal.
Setelah ada upaya
pendampingan dari tim ahli dari luar daerah dengan metode yang benar selama 3
bulan, hasilnya mulai dapat dirasakan seperti kembalinya tanaman tersebut
memiliki harapan untuk bisa dipanen.
“Seperti metode
pendampingan budidaya Pohon Gaharu di Desa Sempu kecamatan Limpung, Batang.
Para petani Batang setempat diberikan pelatihan cara penyuntikan Pohon Gaharu
dengan serum atau vaksin yang dibuat sendiri, sehingga bisa menghemat biaya
dari Rp300.000 hingga Rp1.000.000,00 untuk satu kali suntik,” jelasnya.
Saat ini hampir 5.000
pohon yang dibudidayakan sudah dalam kondisi tersuntik, dan harapan untuk bisa
dipanen pun terbuka.
Dengan adanya metode
yang benar dari hasil pelatihan sekaligus pendampingan membuka harapan petani
untuk memanfaatkan potensi Kayu Gaharu tanpa melanggar hukum, termasuk
kesempatan menghasilkan nilai tambah tanaman gaharu.
“Olahan Kayu Gaharu
menjadi produk sangat bernilai jual tinggi seperti teh daun gaharu, kopi
gaharu, sabun herbal gaharu, dupa, hiu dan parfum dari ekstrak kayu gaharu yang
disuling,” terangnya.
Ia juga menjelaskan,
pangsa pasar produk turunan Kayu Gaharu
tersebut sangat terbuka baik pasar lokal Indonesia, Timur Tengah hingga
sampai Eropa.
Sementara itu, petani
Gaharu Desa Sempu kecamatan Limpung, Suprapti mengatakan, dengan kegagalan atau
salah penanganan kemarin ada sekitar 90 Pohon Gaharu yang dimilikinya hanya
teraisa 30 pohon yang masih hidup.
Hal itu menjadi
pengalaman agar kedepana dalam merawat dan memilhara Pohon Gaharu harus
ditangani para ahli dan profesional dibadang Pohon Gaharu.
Oleh karenanya, ia
mengajak petani Gaharu di Kabupaten Batang untuk belajar bersama yang
didampingi oleh pegiat Gaharu dari Kabupaten Blitar Jawa Timur yang sudah
memiliki catatan sejarah sukses.
“Rencana kami berencana
akan membentu kelompok tani yang dikuatkan dengan kelembagaan agar proses
menghasilkan produk turunan kayu Gaharu bisa terwujud,” ungkapnya
Diharapkan, ada
keberpihakan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk mendukung petani
Gaharu, karena hasil produksi turunan kayu gaharu nantinya akan ada mata rantai
ekonomi yang dapat meningkatkan mensejahteraan masyarakat. (MC Batang,
Jateng/Roza/Jumadi)