Disperindagkop Batang Siapkan UMKM Jadi Eksportir
Batang Perlahan tapi pasti para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Batang mulai mengembangkan sayap, dengan meningkatkan kompetensi untuk menjadi seorang eksportir produk lokal ke mancanegara.
Batang Perlahan tapi
pasti para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Batang mulai
mengembangkan sayap, dengan meningkatkan kompetensi untuk menjadi seorang
eksportir produk lokal ke mancanegara.
Sebagai bentuk
dukungan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop
dan UKM) Batang menggelar pelatihan bagi pelaku UMKM, dengan menghadirkan nara
sumber dari Free Trade Agreement
(FTA) Center Semarang.
Kepala Disperindagkop
dan UKM Batang Subiyanto menyampaikan, pelatihan ini untuk mempersiapkan pelaku
UMKM agar mampu mengembangkan usahanya hingga ke kancah internasional.
“Ini periode awal
pelatihan, maka UMKM harus memahami dulu seluk beluk ekspor, sebelum terjun
seutuhnya. Jadi walaupun produknya sudah bagus, tapi kalau pengetahuan
ekspornya minim, juga tidak bisa terlaksana dengan maksimal,” katanya, usai
membuka pelatihan materi ekspor bagi UMKM, di Hotel Sendang Sari, Kabupaten
Batang, Rabu (23/11/2022).
Bagi calon eksportir, kemampuan
yang tidak kalah pentingnya adalah memiliki jaringan yang luas.
“Contohnya Mas Ahda
dengan Shuttlecock Indonesia, bisa langsung mengekspor ke konsumen mancanegara,
karena jaringannya sudah internasional,” jelasnya.
Tenaga Ahli Pembiayaan
dan Prosedur Ekspor FTA Center Semarang, Teguh Prihadi mengatakan, pelatihan
ini diutamakan bagi mereka yang belum mengenal ekspor dan tata caranya.
Demikian pula bagi mereka yang telah melangkah di bidang ekspor, akan
ditingkatkan pangsa pasarnya.
“Sejak didirikan tahun
2020, sudah berhasil 520 UMKM di Jawa Tengah, 111 di antaranya berhasil jadi
eksportir. Dengan materi implementasi perjanjian internasional, pembiayaan dan
prosedur ekspor dan promosi,” terangnya.
Langkah awal sebelum
terjun ke dunia ekspor, pelaku UMKM dibantu memperoleh sertifikasi produk. Hal
itu dikarenakan di dunia internasional, sertifikasi produk sangat diperhatikan.
“Bagi mereka yang belum
bisa mengekspor langsung produknya, akan dibantu untuk jadi pemasok produk ke
salah satu eksportir. Seperti kopi, rumput laut dan makanan olahan yang
diekspor ke Singapura, Tiongkok, India, Pakistan dan Dubai,” ungkapnya.
Ia mengimbau, baik
kepada pelaku UMKM yang telah menjadi pengekspor maupun yang baru mengenal,
agar selain menjaga kualitas barang, juga mengutamakan ketepatan waktu dalam
pengiriman ke negara tujuan.
“Ini sangat penting
karena terkadang masyarakat kita itu kalau dapat banyak dari luar negeri
itu terkaget-kaget, sehingga kurang bisa menjaga kedisiplinan waktu
pengiriman,” tegasnya.
Salah satu pelaku UMKM,
produk shuttlecock, Ahda Al Faizu mengatakan, pelatihan ini bermanfaat bagi
kami karena menambah keyakinan untuk meningkatkan kelas menjadi eksportir.
“Produk saya pembuatan
shuttlecock yang produksinya sudah merambah ke 23 provinsi dan 5 negara yakni
Australia, India, Singapura, Dubai dan Malaysia,” ujar dia.
Ia menerangkan, awal
mula terjun ke ekspor karena sering berkomunikasi dengan kawan-kawan di
mancanegara melalui media sosial.
“Pertamanya cuma
coba-coba ngirim ke salah satu negara, ternyata mereka cocok dengan produk kami
karena sudah sesuai dengan standar SNI, PBSI dan BWF,” imbuhnya.
Standar yang ditentukan
dunia untuk kecepatan 78, berat antara 50-52 gram. Sedangkan standar nasional
kecepatan 78 dengan berat 49 gram.
“Tapi tetap saja kami
terkendala bahan baku, karena harus impor bulu angsa dari Tiongkok dan Taiwan,
yang stoknya terbatas,” pungkasnya. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)