Pengelola Kantin Sekolah Menanti Diizinkannya Kembali Kantin Sehat
Batang Pengelola kantin sekolah SDN Proyonanggan 11 menanti diizinkannya kembali pembukaan kantin sehat, melihat kondisi Covid-19 yang sedikit melonggar.
Batang Pengelola
kantin sekolah SDN Proyonanggan 11 menanti diizinkannya kembali pembukaan
kantin sehat, melihat kondisi Covid-19 yang sedikit melonggar.
Selama dua tahun lalu,
pihak sekolah tidak diizinkan untuk membuka kantin sehat karena dikhawatirkan
rawan kerumunan akan menjadi media penularan Covid-19.
Pengelola kantin
sekolah SDN Proyonanggan 11, Karniti mengatakan, ke depan setelah diizinkannya
kantin sekolah dibuka kembali, rencananya warga diperbolehkan untuk menitipkan
makanan sehat rumahan ke kantin.
“Belum lama ini memang
kantin kami dipantau langsung oleh Puskesmas Batang 1. Memang sementara
aktivitas kantin dipindah ke koperasi sekolah, karena selain kantin sehat belum
diizinkan, juga kondisi rehab ruang yang belum selesai karena ruangan yang
dimiliki terbatas,” katanya, saat ditemui, di ruang koperasi SDN Proyonanggan
11, Dracik Kampus, Kabupaten Batang, Selasa (26/7/2022).
Nantinya, produsen
makanan rumahan harus mengikuti sejumlah prosedur yang ditentukan.
“Misalnya ada yang mau
nitip kami seleksi. Seperti makanan berbahan dasar saus dikurangi, kalau pun
ada minuman bermerek dipastikan berkualitas karena orang tua pun mengharap hal
yang sama,” tegasnya.
Ia mengakui, mayoritas
anak menyukai makanan berbahan dasar saus. Meski demikian, pihak pengelola
kantin tidak serta merta mengizinkan, karena dikhawatirkan efek buruk bagi
kesehatan pencernaan anak.
“Saran dari Puskesmas
sih kalau kantin sekolah dibuka, pastikan menjual makanan bebas dari pengawet
dan pewarna buatan serta menggunakan pemanis dari gula asli,” jelasnya.
Untuk menjaga kesehatan
anak, pengelola kantin sekolah bekerja sama dengan orang tua siswa yang akan
menitipkan makanan rumahan.
“Covid-19 berpengaruh
pada omset penjualan makanan sehat di kantin sekolah. Kalau dulu sebelum
Covid-19 bisa mencapai Rp1 juta, karena banyak yang nitip dan semua anak
jajannya di dalam lingkungan sekolah, sedangkan selama dua tahun lalu, turun
sampai 50 persen,” terangnya.
Salah satu siswi,
Sabrina mengutarakan, selama pandemi memang disarankan untuk membawa makanan
dari rumah, namun kebiasaan itu justru terbawa hingga kini.
“Nanti kalau kantinnya
sudah dibuka lagi, ya tetap bawa makanan dari rumah. Tapi terkadang beli
makanan di sini, harganya antara Rp2.000,00 sampai Rp3.000,00, kalau bisa sih
menunya nasi goreng, takoyaki sama sate yang banyak sausnya karena suka makanan
pedas,” ungkapnya.
Penanggungjawab
Kesehatan Lingkungan, Yustin mengatakan, kondisi Covid-19 yang masih belum
menentu, diharapkan pengelola kantin sekolah untuk tidak membuka terlebih
dahulu. Kalau pun nantinya diizinkan tentu protokol kesehatan harus diterapkan
secara ketat.
“Jika kondisi sudah
normal kembali, pihak Puskesmas akan melakukan pengawasan lebih intensif lagi
terhadap makanan yang dijajakan di kantin sekolah,” ujar dia.
Ia menerangkan, jika
makanan yang dikonsumsi tidak dipastikan higienitasnya, dikhawatirkan dalam
jangka pendek dapat menyebabkan diare disertai muntah. Dan jangka panjang bisa
menimbulkan berbagai penyakit tidak menular lainnya.
“Ini memang dilema,
satu sisi kantin sekolah tidak diizinkan dibuka, tapi di sisi lain pedagang
makanan keliling berjajar karena mereka terdesak kebutuhan ekonomi. Untuk
mengatasinya memang perlu kerja sama lintas sektor, agar makanan aman
dikonsumsi,” pungkasnya. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)