Buruh Kawal Kawasan Industri Jauh Dari Korupsi
Batang Menyikapi transformasi Kabupaten Batang dari wilayah agraris menjadi kota industri, kaum buruh bersama santri dan petani berupaya membentuk sebuah wadah untuk mengawal Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang jauh dari tindak korupsi.
Batang Menyikapi
transformasi Kabupaten Batang dari wilayah agraris menjadi kota industri, kaum
buruh bersama santri dan petani berupaya membentuk sebuah wadah untuk mengawal
Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang jauh dari tindak korupsi.
Untuk mewujudkannya,
kaum buruh akan dibimbing oleh Sekjen Transparency International Indonesia
(TII) dan Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam bentuk diskusi
ringan yang akan digelar tiap tiga bulan sekali.
Sekretaris Serikat
Pekerja Nasional (SPN) Batang, Gotama Bramanti menyampaikan, wadah ini nantinya
akan menjadikan ketiga golongan tersebut lebih peduli terhadap kondisi yang
rawan terjadi di Kabupaten Batang.
“Pembahasan isu korupsi
harus fokus tidak boleh ditumpangi kepentingan politik. Nantinya mereka akan
diberikan ruang untuk melapor apabila terjadi tindak korupsi secara
independen,” katanya, saat ditemui di Omah Tani, Desa Tumbrep, Kecamatan
Bandar, Kabupaten Batang, Senin (27/6/2022).
Ia memastikan, jika di
KIT Batang ada banyak pabrik, maka akan ada 500 pekerja, yang akan menimbulkan
blok atau kelompok sosial politik baru.
“Transformasi besar ini
yang sedang dikawal, yang dimungkinkan rawan terjadinya peningkatan angka
kriminalitas, karena perubahan dari daerah agraris ke industri, seperti yang
pernah terjadi di Bekasi dan Tangerang,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjut
dia, diharapkan setelah ada kerja sama dan pemantauan dari banyak pihak, maka
ketika KITB membutuhkan pekerja, maka Disnaker melalui Balai Latihan Kerja
(BLK), dapat menyiapkan jumlah dan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.
Sekjen Transparency
International Indonesia (TII) Danang Widoyoko mengatakan, perubahan sosial di
Kabupaten Batang saat ini sudah mulai terjadi karena dari daerah yang semula
agraris segera berubah menjadi pusat industri.
“KIT Batang ini nanti
akan jadi pusat industri raksasa, seperti kawasan industri di Bekasi dan
Tangerang, pasti akan terjadi perubahan sosial besar-besaran,” tegasnya.
Contohnya, pelayanan
publik yang akan mengalami perubahan baik kepada warga baru maupun lama.
“Populasi warga Batang
yang mencapai 800 ribu jiwa, jika ditambah 500 ribu warga pedatang, tentu
membutuhkan sarana publik baru seperti sekolah, infrastruktur jalan, hingga
perumahan baru, tentu akan mempengaruhi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD),” terangnya.
Dimungkinkan selama 10
tahun ke depan Pemkab Batang akan melakukan belanja besar-besaran untuk
meningkatkan pelayanan publik.
“Cara penanganan utama
adalah efisiensi anggaran, maka tidak boleh ada kebocoran, yang rawan
menimbulkan korupsi. Sekarang mungkin belum, tapi ketika KIT Batang mulai
beroperasi pasti tekanan terhadap APBD lebih besar,” ungkapnya.
Diskusi ini diharapkan
menyadarkan masyarakat, untuk aktif menuntut pelayanan publik agar layak dan
makin mudah. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)