BPBD Batang Mulai Menghitung Kerugian Pasca-Bencana
Batang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang bekerja sama dengan BPBD Provinsi Jawa Tengah menggelar pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (JITU PASNA), untuk menghitung jumlah kerusakan dan kerugian yang dialami suatu daerah pasca-bencana.
Batang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang bekerja sama dengan BPBD Provinsi Jawa Tengah menggelar pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (JITU PASNA), untuk menghitung jumlah kerusakan dan kerugian yang dialami suatu daerah pasca-bencana.
Pelatihan tersebut
diikuti sejumlah instansi terkait antara lain DPUPR, DPRKP, Dinsos, Dinkes
serta beberapa relawan kebencanaan.
Kepala BPBD Batang Ulul
Azmi mengatakan, setelah dilakukan penghitungan, dapat mengusulkan
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk menangani korban bencana dan
kerusakan infrastruktur.
“Kami menghitung berapa
kerusakan dan apa saja kerugian yang diderita,” katanya, usai membuka Pelatihan
JITU PASNA, di Gedung Pramuka, Kabupaten Batang, Selasa (21/6/2022).
Selama tahun 2022 BPBD
telah melakukan penghitungan daerah pasca-bencana yang perlu segera
direkonstruksi.
“Di Desa Madugowongjati
dan Tedunan terjadi longsor pada badan jalan dan jembatan rusak di Blado dan
Pranten. Bencana yang terjadi didominasi banjir dan tanah longsor,” jelasnya.
Penghitungan segera
dilakukan oleh tim teknis dari DPUPR dan BPBD. Bencana banjir rob yang terjadi
beberapa waktu lalu, oleh BPBD sedang dilakukan penghitungan. Namun demikian
dampak yang dirasakan tidak begitu besar.
“Banjir rob justru
sangat terasa dampaknya bagi pelaku usaha tambak ikan bandeng dan nila,”
tegasnya.
Sebagai langkah
antisipasi ke depan, BPBD menyarankan agar memindah tambak ikan ke lokasi yang
aman, karena diprediksi banjir rob akan terjadi dalam kurun waktu yang cukup
lama.
Ia menambahkan,
kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya sarana prasarana fisik saja, namun
secara ekonomi dan psikologi korban pun menjadi konsentrasi utama BPBD dalam
penanganan rehabilitasi pasca-bencana.
Penata Penanggulangan
Bencana Ahli Muda Sudarsono mengatakan, rekonstruksi dan rehabilitasi
pasca-bencana tidak hanya tugas dari satu instansi terkait saja, tetapi multi
sektor.
“Kita sangat
membutuhkan kerja sama dari teman-teman Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain,
untuk membantu dalam menentukan kebutuhan. Agar bantuan rehabilitasi maupun
rekonstruksi tepat sasaran,” harapnya.
Ia juga mengharapkan,
pasca-pelatihan ini seluruh petugas teknis dari OPD terkait dapat mengembangkan
di lingkungan dinasnya.
“Masing-masing OPD kan
punya program yang harus disesuaikan dengan kebutuhan penanganan pasca-bencana
di suatu daerah. Jadi OPD supaya menunjuk sumber daya manusia yang
berkompeten,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)