Kembalikan Kesuburan Tanah, Petani Optimalkan Pemanfaatan Mikrobakteri
Batang Banyaknya petani yang menggunakan pupuk kimia ternyata berdampak pada kesuburan tanah yang kian menurun. Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah yaitu memanfaatkan mikrobakteri secara optimal.
Batang Banyaknya petani yang
menggunakan pupuk kimia ternyata berdampak pada kesuburan tanah yang kian
menurun. Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan
kesuburan tanah yaitu memanfaatkan mikrobakteri secara optimal.
Konsultan Pertanian dari Yogyakarta
Joned Biantara mengatakan, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan
mengakibatkan kondisi tanah makin kritis.
“Tanah petani menjadi tandus karena
tidak diimbangi dengan perawatan. Jadi langkah pertama kembalikan kesuburan
tanah dulu, imunitas tanah meningkat, kebutuhan terhadap pupuk kimia perlahan
akan menurun dan mengurangi serangan dari hama,” katanya, usai menyampaikan
materi kepada para petani di Gedung Pramuka, Kabupaten Batang, Selasa
(25/1/2022).
Ia mengimbau, para petani pangan maupun
hortikultura sebaiknya menggunakan teknologi tersebut karena dapat meminimalkan
penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen.
“Nanti bertahap bisa berkurang 20-30
persen dulu. Kalau kondisi tanah sehat penggunaan pupuk kimia dikurangi sampai
50 persen tidak masalah,” jelasnya.
Ada pula teknologi mikrobakteri untuk
menyuburkan tanaman. Penggunaannya dapat mengombinasikan antara pupuk alami
dengan kimia.
“Keuntungannya dalam penggunaan kedua
jenis pupuk itu bisa lebih irit, tapi maksimal hasilnya. Dan bisa menetralisir
residunya,” terangnya.
Petani organik dari Desa Sidorejo
Kecamatan Gringsing Suraji menyampaikan, selama bertahun-tahun untuk menghasil
tanaman yang maksimal ketika masa panen memanfaatkan pupuk kimia. Namun setelah
melihat kualitas panen yang tidak optimal secara bertahap mulai beralih menjadi
petani organik.
Sebelumnya memakai fungisida sintetis,
tapi mulai tahun 2015 mulai menggunakan mikrobakteri untuk meningkatkan nutrisi
tanah.
“Saya pakai bahan-bahan alami seperti
gadung, cabai dan dicampur sama tembakau sebagai insektisida alami untuk membasmi
hama. Takarannya gadung satu kilogram, cabai rawit merah setengah kilogram dan tembakau setengah ons, direndam dan
fermentasi dengan M21 selama tujuh hari lalu disemprotkan ke tanaman,”
ungkapnya.
Ia menyampaikan bahan-bahan alami itu
bisa membasmi hama ulat, belalang, wereng dan berbagai jenis kutu.
“Dulu waktu pakai pupuk kimia bisa
mengeluarkan biaya Rp1 juta, tapi ketika pakai organik Cuma Rp500 ribu.
Omsetnya bisa meningkat lahan saya 850 m² menjadi Rp3,5 juta dibandingkan pakai
pupuk kimia yang hanya Rp2 juta ketika hasil panen padi dijual,” tuturnya.
Ia memastikan, ada perbedaan yang
mencolok ketika mengonsumsi nasi dari beras organik, yang cenderung lebih
pulen, dibandingkan dengan nasi dari hasil pupuk kimia. (MC Batang,
Jateng/Heri/Jumadi)