Arca Ganesha, Cagar Budaya Silurah yang Terjaga
Batang - Kabupaten Batang yang di dalamnya terkandung beragam potensi dan ratusan benda cagar budaya, tetap terjaga kelestariannya. Salah satu situs yang menjadi unggulan dan kebanggaan masyarakat Desa Silurah, yakni Arca Ganesha yang tetap terjaga, oleh warga setempat. Ganesha merupakan lambang kepandaian, jadi oleh masyarakat dianggap orang paling cerdas di dunia.
Batang - Kabupaten Batang yang di dalamnya
terkandung beragam potensi dan ratusan benda cagar budaya, tetap terjaga
kelestariannya. Salah satu situs yang menjadi unggulan dan kebanggaan
masyarakat Desa Silurah, yakni Arca Ganesha yang tetap terjaga, oleh warga
setempat. Ganesha merupakan lambang kepandaian, jadi oleh masyarakat dianggap
orang paling cerdas di dunia.
Juru pemelihara Arca Ganesha Mbah Kasim menuturkan,
arca yang memiliki tinggi dua meter itu, ditemukan pada tahun 1940 oleh warga
setempat, dalam posisi tertimbun rimbunnya rumput ilalang.
“Dulu kondisi saat ditemukan Arca Ganesha masih
dalam posisi “tertidur” (tertelungkup). Terus didirikan tahun 1942 oleh warga
Desa Silurah dan sebagai bentuk ucapan terima kasih atas bantuannya, Perangkat
desa memberikan upah berupa tembakau untuk seluruh warga, saat masa peralihan
Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Jepang,” katanya, saat ditemui, di
halaman situs Arca Ganesha, Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten
Batang, Selasa (16/11/2021).
Ia mengatakan, selanjutnya arca tersebut dirawat
oleh ayahandanya, yakni Mbah Carlam, tanpa ada yang meminta.
“Dalam melakukan perawatan, almarhum bapak saya
tidak pernah melakukan ritual apapun. Dulu tidak ada yang melakukan ritual,
hanya karena alasan peninggalan sejarah, bapak saya telaten merawatnya,” jelasnya.
Sebelum ayahandanya meninggal, tidak ada pesan
khusus yang dititipkan. Ia hanya berpesan agar Arca Ganesha dirawat dengan baik
dan dilindungi.
“Kalau ritual ibadah memang dilakukan oleh beberapa
umat agama. Yang sering mengadakan ritual keagamaan ya dari umat Hindu yang
beribadah kepada Arca Ganesha dan Buddha kepada Arca Buddha Gautama,”
ungkapnya.
Dijelaskannya, sebelumnya posisi kedua arca tersebut
tidak berdekatan, namun berjarak hingga 10 meter.
“Generasi muda harus ikut merawat arca tersebut,
karena tidak ada gantinya. Apalagi di Desa Silurah mau dibangun Taman
Syailendra, harus bisa ikut melestarikannya,” terangnya.
Ketua Komunitas Batang We, Sutikwo menambahkan,
potensi yang dapat diambil dari keberadaan dua arca tersebut, generasi muda
Batang akan teredukasi dengan datang dan melihat langsung kondisi di lokasi
penemuannya.
“Kedepan juga bisa difungsikan sebagai obyek wisata
budaya unggulan. Dari sisi ekonomi juga berdampak positif, karena banyaknya
wisatawan yang berkunjung,” harapnya.
Menurut dia, melalui kunjungan langsung dari Balai
Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, tentu secara langsung Pemerintah
desa mengetahui, bahwa benda cagar budaya itu sangat penting.
“Ketika pemerintah desa memfungsikannya sebagai
destinasi wisata, tentu akan ada nilai edukasi agar seluruh warga bersama
wisatawan ikut menjaga cagar budaya tersebut,” ujar dia. (MC Batang,
Jateng/Heri/Jumadi)