Sawah Terdampak Tol, Petani Desa Banjiran Beralih Tanam Bawang
Batang - Sebagian petani Desa Banjiran yang sawahnya terdampak jalan tol, mulai beralih menanam bawang merah.
Batang - Sebagian petani Desa Banjiran yang sawahnya
terdampak jalan tol, mulai beralih menanam bawang merah.
Setelah ujicoba bersama off taker (penyedia bibit dan pembeli) dari PT. Mitra Pilar, di
lahan percontohan atau demplot seluas enam hektare, ternyata para petani dapat
memanen hingga 27 ton per hektare, melebihi panen di Brebes yang hanya 20 ton
per hektare.
Bupati Batang Wihaji mengemukakan, tanah di Desa
Banjiran cocok ditanami bawang merah, terbukti dengan panen yang melimpah.
“Petani sangat mudah menyesuaikan dengan kondisi ini
selama lebih menguntungkan pasti akan mengikuti, begitu pula sebaliknya. Namun
secara rasional lahan di sini lebih menguntungkan,” katanya usai melaksanakan
panen raya bawang merah di lahan demplot, Desa Banjiran, Kecamatan Warungasem,
Kabupaten Batang, Jumat (21/5/2021).
Di sisi lain, Lanjut dia, selama ada ketersediaan padi mencukupi, tidak mengapa
apabila ada petani yang ingin mengalihfungsikan lahannya untuk ditanami bawang
merah.
“Sebenarnya tidak masalah kalau padi kita sudah
berlimpah dan kalau ada yang mau alih tanam, dari padi ke bawang merah, cukup
menjanjikan juga,” jelasnya.
Pemkab Batang akan mendukung sepenuhnya, selama
membawa manfaat yang besar untuk masyarakat.
“Tugas kami melayani apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat. Kami akan layani dengan berbagai potensi yang dimiliki Pemda, mulai
dengan menyiapkan penyuluh pertanian hingga proses pembiayaannya,” tegasnya.
Ia menegaskan, dengan potensi bawang merah yang
melimpah, Kabupaten Batang siap mendukung kebutuhan di pasar nasional.
“Hasil panen di sini khusus untuk kepentingan
ekspor,” tuturnya.
Selama ini para petani mengeluhkan irigasi yang
kurang maksimal, karena sedikit mengalami ketersendatan akibat adanya tol.
Untuk mengatasinya, Dispaperta segera berupaya mencari titik-titik yang
membutuhkan pompa.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan
Perkebunan Jawa Tengah, Tri Susilarjo menyampaikan, potensi ekspor terbuka luas
bagi para petani bawang merah di Batang.
“Selama ini kebutuhan ekspor diambilkan dari Brebes,
tapi ke depan dari Batang juga bisa berkontribusi. Terbukti dari demplot hari
ini, hasil panennya luar biasa hingga 27 ton per hektare, padahal rata-rata
hasil panen bawang merah kita hanya 20 ton per hektare,” ungkapnya.
Menurut dia, ini menunjukkan bahwa Kabupaten Batang
berpotensi untuk pengembangan bawang merah.
“Semoga Batang bisa mengembangkan bawang merah lebih
dari enam hektare. Tahun ini dari APBN, pemerintah berupaya untuk mengembangkan
hingga 30 hektare dengan memfasilitasi bibit unggul, pupuk dan lainnya,”
harapnya.
Hingga tahun 2020 lalu, Jawa Tengah mengalami
surplus di angka 495.750 ton, sebelumnya di angka 495.000 ton.
“Jawa Tengah mendukung kebutuhan bawang merah
nasional sebesar 32 persen. Untuk kebutuhan Jawa Tengah sendiri, 115.000 ton,
sedangkan produksi mencapai 611.000 ton,” tandasnya.
Alex Candra, off
taker (penyedia bibit dan pembeli) dari PT. Mitra Pilar, mengutarakan,
selama ini Brebes mampu memghasilkan 300.000 ton per tahunnya. Artinya mampu
mencukupi kebutuhan hingga 75 persen.
“Mudah-mudahan Batang bisa mencapai 5 persen dari
kebutuhan nasional atau setara dengan 600 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan
nasional sekitar 1 juta ton per tahun,” terangnya.
Selama ini masih tergolong surplus, bahkan bisa
ekspor tiap bulan Juli hingga Agustus ke Thailand, Singapura, Malaysia.
“Saya mampu mengekspor di bulan Juli dan Agustus
tiap minggunya lima kontener,” ujar dia.
Ia menambahkan, untuk mencukupi kebutuhan 5 persen,
dibutuhkan lahan seluas 600 hektare. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)