Ketela Rambat Desa Adinuso Reban Kabupaten Batang Kuasai Pasar di Asia Timur
Bupati Batang Wihaji dalam program kerjanya menginginkan masyarakat agar lebih kreatif dan inovatif sehingga siap bersaing di lingkup yang lebih luas. Program tersebut sudah terwujud di Desa Adinuso karena tanaman ketela rambat yang mungkin hanya makanan biasa bagi wargnya, akan tetapi bagi warga negara Jepang dan Korea menjadi makanan istimewa, Tim Media Center, Desa Adinuso Kecamatan Reban Kabupaten Batang, Minggu (17/9).
Ketela rambat di Desa Adinuso sangat berlimpah, hampir tiap 5 bulan sekali dapat dipanen. Karena jumlah yang berlimpah itu dan kreativitas dari warganya maka makanan yang biasa bisa menjadi luar biasa. Jumlah setiap panen ditentukan oleh keadaan cuaca, misalnya jika musim kemarau debit air berkurang sehingga berpengaruh pada tanaman ketela rambat yang dipanen. Jika cuaca sedang bagus dan kadar air cukup baik maka setiap bulannya bisa memanen hingga 350 ton, namun jika seperti sekarang ini kadar air sedikit berkurang maka ketela yang dipanen hanya mencapai 100 ton per bulan. Harga per kilogram di petani saat ini berkisar Rp. 4.000,- karena akan dikirim ke pabrik, namun jika harga di pasar lokal Rp. 3.000,-.
Proses awalnya ketela rambat dikupas dan dioven yang kemudian dipotong dadu dikirim ke pabrik di Kuningan Jawa Barat untuk diproses menjadi bahan setengah jadi yaitu tepung atau pasta. Tepung tersebut dikemas dalam wadah masing-masing 2 kg seperti getuk untuk diekspor ke Korea dan Jepang dan dijadikan makanan pengganti nasi, karena kadar gula yang lebih rendah dibandingkan nasi sehingga lebih aman dikonsumsi,
Untuk mencukupi kebutuhan pabrik setiap bulan 8 kontener maka harus menjalin kemitraan dengan para petani. Setiap minggunya harus mengirim minimal 2 - 3 truk, tetapi apabila ketela rambat sedang panen raya dapat dikirim 8 – 9 ton setiap harinya.
Kepala Desa Adinuso Wintoro mengatakan pihak desa hanya membantu memasarkan dan memproteksi agar para petani ketela rambat tidak tertipu, sehingga mereka selalu mengetahui harga yang sebenarnya di pasaran.
Inilah bentuk kreativitas dari warga Desa Adinuso yang harus didukung oleh semua pihak agar potensi ini dapat ditingkatkan, tidak hanya diekspor ke negara Jepang dan Korea saja namun diharapkan bisa merambah ke negara lain. (Tim MC)