Nilai Investasi Pabrik Kakao di Batang 105 Milyar
Proyek Pembangunan Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu PT. Pagilaran Kabupaten Batang yang akan dibangun di Desa Sigayung Kecamtan Kandeman bernilai Rp.105 Milyar.
Direktur PT Pagilaran Rahmat Gunardi mengatakan Pendirian pabrik kakao di Batang sebagi upaya menyambungkan dengan kepentingan prekebunan dan industri primer, karena kita banyak mengalami kendala pada biji kakau yang di mainkan banyak pihak dan pasar yang fluktuatif sehingga menjadi sulit kita kendalaikan di hulu.
“Karena prodak perkebunan yang menentukan harga yaitu pasar bukan produsen, oleh sebab itu maka sebuah upaya bagaiman biji kakao yang produk agrikultur digeser ke wilayah manufaktur, maka kalau suda jadi coklat yang menentukan harga coklatnya pabrikan,” kata Rahmat Gunardi saat Ground Breaking, Selasa (15/8) di Desa Sigayung Kecamtan Kandeman.
Pabrik Kakao ini juga sebagai upaya berbagai dengan dengan rakyat, karena kami merupakan lembaga pendidikan UGM (Univertas Gajah Mada) maka nilai – nilai yang kita pakai sebagai Universitas kerakyatan yang tentu saja membela kepentingan petani.
”Kita berbagi manfaat sehingga petani bisa mendapatkan manfaat lebih baik yang tentunya keinginanya terus berkembang, yang sat ini petani kakao sudah usia 50 tahun dengan pemerintah udah berinvestasi besar kelak ada yang ngurus apa tidak. Maka industri ini membangun sebuah pemikiran yang kelak dapat menginspirasi generasi muda.” katanya.
Adapaun bahan baku kakao yang kita butuhkan 8000 Ton dalam setahun, semoga kita bisa mencukupi kebutuhan tersebut dengan menggandeng petani plasma binaaan PT. Pagilaraan sampai dengan Jawa Timur dan sebagian di Luar Jawa.
“Untuk kebutuhan Kakao di pabrik ini mencapai 8000 ton pertahun, sehingga tidak menutup kemungkinan kita akan mendatangkan Kakao dari Sulawesi, dan pabik ini akan kita bangun sampai tahap pabrik Leaker dan tahun depan sampai ke Bater dan Powder dan Paste.” katanya.
Dirjen Industri Agro Kementrian Industri Panggah Susanto mengatakan, Pembangunan pabrik kakao ini untuk mempercepat hilirisasi pengembangan kakao serta menjadi pusat berbagi kegiatan dari pusat produksi, wahana untuk riset dan inovasi pembelajaran sinergi Perguruan Tinggi, masyarakat, dan pengembangan sumber daya manusia yang berkompetinsi.
“Sebenarnya Pabrik ini pusat pengembangan kakao multi fungsi sebagai penggerak petani kakao di wilayah Jawa Tengah dan wilayah Jawa pada umumnya dan tentunya nanti bisa bisa ditularkan dan dikembangkan di wilayah yang lain.” katanya.
Adapun nilai investasinya mencapai Rp. 105 milyar untuk pembangunan gedung dan peralatan mesin, pabrik ini tidak terlalu besar untuk ukuran indutri skala komersial penuh namun melihat dari fungsinya nilai investasi dan nilai fungsi yang cukup besar ini harus dioptimalkan.
“Karena pabrik kakao milik pemerintah yang terbesar maka dari tim UGM dan tim dari Kementrian Perindustrian akan mengawal secara terus menerus sampai terselesainya pabrik ini dengan baik yang akan selesai di Bulan Desember 2017.”
Bupati Batang Wihaji yang ikut dalam Ground Breaking atau peletakan batu pertama mengatakan, Pabrik Coklat yang akan dibangun merupakan terbesar milik Pemerintah yang berada di Kabupaten Batang, karena kita memiliki potensi kakao yang di miliki PT. Pagilaran sebanyak 200 Ha dan bahan baku yang sudah jelas ada.
“Pabrik ini akan membutuhkan tenaga kerja kurang lebih 1000, kami harapkan dapat mengambil tenaga kerja dari Kabupaten Batang, paling tidak dapat membantu mengurangi pengangguran yang ada di Kabupaten Batang,” katanya.
Bupati juga berharap kepada investor untuk menginvestasikan di Kabupaten Batang karena Batang memiliki pusat energi listrik dengan berdirinya PLTU 2x1000 MW, serta memliki iklim investasi yang kondusif kalau dikoordnasikan dengan baik. (Edo/McBatang)