Bupati Akan Jadikan 30 Desa Sebagai Percontohan Smart Village
Kabupaten Batang berusaha mewujudkan program pemerintah pusat yang ingin membangun daerah dari pinggiran. Salah satu caranya adalah degan membentuk Smart Village (kampung cerdas). Maka dari itu Bupati Batang Wihaji akan membentuk 30 desa sebagai percontohan Smart Village. Disampaikan Bupati Wihaji dalam sambutan Halal Bi Halal bersama Kepala Desa/Lurah se-Kabupaten Batang, di rumah dinas Bupati, Kamis (6/7).
Selama ini yang menjadi unggulan adalah daerah perkotaan, masyarakat memandang bahwa semua akan sukses kalau pindah (urbanisasi) ke kota. Padahal hal tersebut tidak benar, meskipun di desa masyarakat bisa sukses asal sarana prasarananya memadai.
Silaturahmi dan halal bi halal dihadiri Wakil Bupati Suyono, Sekda Nasikhin, kepala OPD, Camat se kabupaten Batang dan Kepala Desa / Lurah.
Bupati Wihaji mengatakan masa depan Batang ada di depan para Kepala Desa (Kades). Jadikan pola pikir nyaman dalam memimpin desa, sehingga tidak ada beban dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Bekerjasama dengan baik dengan aparat desa, untuk menyelesaikan masalah, setiap Kades pasti punya kekuatan, manfaatkan untuk memberi teladan yang baik kepada masyarakat dam tugas utama kita adalah melayani masyarakat dengan baik, maka Batang akan maju,” kata Bupati.
Menurut Wihaji, Kabupaten Batang diharapkan semakin maju. Namun yang masih menjadi masalah utamanya adalah kesejahteraan. Ukurannya dinilai dari kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan warga. Silakan Bumdes dibentuk tujuannya agar bisa menciptakan kreativitas warga untuk membangun desa.
“Ada 30 desa yang akan dijadikan percontohan Smart Village, selain itu Kabupaten Batang juga menjadi percontohan dengan daerah lain dalam e-government,” terangnya.
Bupati berharap agar ada penataan, para Kades bekerja yang benar agar selamat apabila ada hal yang tidak diinginkan terjadi harus dihadapi. Tidak lupa Bupati selalu mengingatkan untuk menunjukkan potensi masing-masing desa. Seperti pariwisata, kuliner, produk unggulan lainnya. Produk tidak harus kuliner, bisa saja bidang seni dan budayanya. (Heri/McBatang)