Konvergensi Penanganan Stunting di Batang Berhasil, Peringkat Tiga Jawa Tengah 2024
Batang - Kinerja konvergensi penanganan stunting yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Batang setiap tahun terus menunjukkan hasil positif. Pada 2024, di bawah kepemimpinan Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki, Kabupaten Batang berhasil meraih peringkat ketiga se-Jawa Tengah dalam upaya penanganan stunting. Sebelumnya, di tahun 2023 Kabupaten Batang menduduki posisi keempat.
Batang - Kinerja konvergensi penanganan stunting yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Batang setiap tahun terus menunjukkan hasil positif. Pada 2024, di bawah kepemimpinan Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki, Kabupaten Batang berhasil meraih peringkat ketiga se-Jawa Tengah dalam upaya penanganan stunting. Sebelumnya, di tahun 2023 Kabupaten Batang menduduki posisi keempat.
Pj Bupati Batang Lani Dwi
Rejeki mengatakan, Alhamdulillah tahun 2024 kita masuk peringkat nomor tiga.
Nomor satu Kota Semarang, nomor dua Kabupaten Pati.
“Penghargaan ini bukan
sekadar angka atau posisi di klasemen, melainkan pengakuan atas keberhasilan
penerapan metode pentahelix, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Semua unsur, mulai dari TNI, Polri, hingga Kantor Kementerian Agama, turut berperan
aktif dalam upaya bersama menurunkan angka stunting di Batang,” katanya saat
ditemui di Kantornya, Kamis (14/11/2024).
Penilaian ini meliputi
berbagai indikator, mulai dari administrasi, paparan, hingga wawancara. Jadi,
ada dua tahap penilaian yang sangat ketat. Penghargaan ini adalah pengakuan
dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas keberhasilan kita bersama dalam mengatasi
stunting.
Sementara itu, Pj Sekda
Batang Ari Yudianto menyoroti, kompleksitas penilaian angka stunting yang kerap
menimbulkan kontroversi. Menurutnya, data Survei Kesehatan Indonesia (SKI)
hanya mengambil sampel dari 918 Balita, yang sebenarnya terlalu kecil untuk
mewakili kondisi keseluruhan.
“Survei ini hanya 0,
sekian persen dari total Balita di Batang, jadi kurang representatif. Di sisi
lain, data yang dihimpun melalui pengukuran mandiri oleh tenaga kesehatan
menunjukkan hasil yang lebih akurat. Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan
Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), cakupan pengukuran stunting di
Kabupaten Batang telah mencapai 99 persen, dengan total 53.390 balita dari
53.402 yang telah terukur,” jelasnya.
Dari jumlah tersebut,
sebanyak 4.159 Balita atau sekitar 7,79 persen teridentifikasi mengalami
stunting, jauh di bawah target nasional yang mencapai 14 persen.
“Dukungan nyata juga
datang dari berbagai perusahaan di Kabupaten Batang, terutama dari Konsorsium Bhimasena
Power Indonesia (BPI). Konsorsium ini memberikan bantuan langsung kepada
keluarga dan desa yang memiliki kasus stunting. Selain itu, Bank Jateng dan PT
Nestle juga berkontribusi melalui CSR, termasuk pemberian makanan tambahan
untuk Balita yang terdampak stunting,” terangnya.
Prestasi ini membawa
dampak positif berupa tambahan dana fiskal sebesar Rp5,5 miliar dari pemerintah
pusat, yang akan dianggarkan dalam APBD perubahan untuk penanganan stunting
lebih lanjut.
Ari Yudianto berharap, setiap tahun kita bisa terus meningkatkan peringkat. (MC Batang, Jateng/Edo/Jumadi)