Dari Lahan Tidur ke Lumbung Pangan, Jadikan Kisah Inspiratif Lapas Batang
Batang - Di balik tembok tinggi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Batang, sebuah inovasi mengubah lahan tidur menjadi kebun produktif. Terong dan tomat segar kini tumbuh subur, hasil kerja keras para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang membuktikan bahwa keterbatasan ruang bukan halangan untuk berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Batang - Di balik tembok tinggi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Batang, sebuah inovasi mengubah lahan tidur menjadi kebun produktif. Terong dan tomat segar kini tumbuh subur, hasil kerja keras para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang membuktikan bahwa keterbatasan ruang bukan halangan untuk berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Kepala Lapas Kelas IIB Batang,
Jose Quelo mengatakan, kami melihat potensi lahan kosong di sekitar lapas
sebagai peluang untuk memberdayakan WBP sekaligus mendukung program ketahanan
pangan pemerintah.
“Fresh Store, sebuah
outlet sederhana di area lapas, menjadi etalase hasil panen para WBP. Tempat
ini tidak hanya berfungsi sebagai pasar, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa
program pembinaan di lapas dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi Masyarakat,”
katanya saat ditemui di Lapas Kelas IIB Batang, Kabupaten Batang, Jumat
(8/11/2024).
Kehadiran Fresh Store
memberikan kesempatan bagi keluarga WBP untuk membeli hasil panen berkualitas
dengan harga terjangkau. Lebih dari itu, ini adalah cara kami menunjukkan bahwa
WBP masih bisa produktif dan berkontribusi pada masyarakat.
“Program pertanian ini
bukan sekadar tentang hasil panen. Di balik kegiatan ini, ada upaya
pemberdayaan yang lebih besar. Para WBP belajar teknik bercocok tanam,
manajemen lahan, hingga dasar-dasar pemasaran. Keterampilan ini diharapkan
menjadi bekal berharga saat mereka kembali ke Masyarakat,” jelasnya.
Jose menyebutkan bahwa, hasil
penjualan tidak hanya untuk keberlanjutan program, tapi juga untuk meningkatkan
fasilitas yang ada. Ini menciptakan siklus positif dimana WBP bisa melihat
langsung dampak kerja keras mereka.
Inovasi Lapas Batang ini
menjadi model percontohan bagaimana lembaga pemasyarakatan dapat berperan aktif
dalam ketahanan pangan nasional. Dengan memanfaatkan lahan tidur dan
memberdayakan WBP, program ini membuktikan bahwa kontribusi pada ketahanan
pangan bisa datang dari tempat yang tak terduga.
“Harapan kami, inisiatif
ini bisa menginspirasi lapas lain di seluruh Indonesia. Ketika setiap lapas
mengoptimalkan lahan mereka untuk pertanian, dampak kolektifnya pada ketahanan
pangan nasional akan signifikan,” pungkasnya.
Di tengah tantangan
ketahanan pangan global, inovasi seperti ini menunjukkan bahwa setiap ruang,
sekecil apapun, memiliki potensi untuk berkontribusi pada kedaulatan pangan
bangsa. Lapas Batang membuktikan bahwa dengan kreativitas dan komitmen,
keterbatasan dapat diubah menjadi peluang yang bermanfaat bagi banyak pihak.
(MC Batang, Jateng/Edo/Sri Rahayu)