Home / Berita / Kegiatan Keagamaan / KHAUL KE-34 DAN HAUL KIAI MABRUR KE-28 DI DESA GRINGSING

Berita

Khaul Ke-34 dan Haul Kiai Mabrur ke-28 di Desa Gringsing

Batang - Sejak pagi hari, ribuan warga Nahdliyin dari berbaga daerah berkumpul di Desa Gringsing. Mereka mencari tempat strategis untuk mendengarkan tauziyah dan melantunkan shalawat dalam rangka Khaul ke-34 Ki Ageng Gringsing dan Haul Kiai Mabrur Ke-28 di pemakaman umum Desa Gringsing, Kabupaten Batang, Sabtu (28/7/2024).

Batang - Sejak pagi hari, ribuan warga Nahdliyin dari berbaga daerah berkumpul di Desa Gringsing. Mereka mencari tempat strategis untuk mendengarkan tauziyah dan melantunkan shalawat dalam rangka Khaul ke-34 Ki Ageng Gringsing dan Haul Kiai Mabrur Ke-28 di pemakaman umum Desa Gringsing, Kabupaten Batang, Sabtu (28/7/2024).

Habib Muhammad Firdaus Al Munawar dari Kendal sebagai pembicara utama dalam tauziyahnya mengingatkan umat Muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah dan meniru suri tauladan yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW.

“Fitnah akhir zaman sudah kita rasakan. Jika iman kita tidak kuat, akan mudah sekali terjerumus dalam kemaksiatan,” jelasnya.

Ketua penyelenggara Aghus Jamaludin Kharis menambahkan, bahwa haul ini juga diadakan untuk memperingati bulan Muharam. Alhamdulillah, setiap tahun kami memperingati Haul Ki Ageng Gringsing dengan khusyuk dan meriah. Insyaallah ini menjadi acara rutin.

Ia juga menceritakan, tentang Ki Ageng Gringsing, seorang ulama besar dari Cirebon yang hidup sekitar tahun 1600 M. Makamnya baru ditemukan pada tahun 1991.

“Nama asli Ki Ageng Gringsing adalah Syah Maulana Raden Abdullah Saleh Sungging. Dari Cirebon, Syah Maulana mengembara menyebarkan ajaran tauhid ke arah timur,” terangnya.

Dalam pengembaraannya, Syah Maulana bertemu dengan seorang perempuan cantik bernama Nyi Rantansari, putri dari Syech Agung Tholib. Setelah menikah, mereka menggunakan nama Ki Ageng Gringsing dan Nyi Ageng Gringsing sesuai nama daerah tempat mereka tinggal dan bersama-sama menyebarkan ajaran Islam.

“Makam ulama besar ini sempat terlupakan selama beberapa ratus tahun. Baru pada pertengahan 1980-an dilakukan upaya pencarian. Proses pencarian makam dilakukan oleh lima ulama besar ahli muhotob, yang mampu berkomunikasi dengan alam gaib,” imbuhnya.

Setelah beberapa tahun pencarian dan berkonsultasi dengan Kiai Muhaimin dari Temanggung, akhirnya lokasi makam dapat dipastikan.

“Penetapan lokasi makam itu pada tanggal 31 Juli 1991 bertepatan dengan bulan Muharam, dan disepakati untuk pelaksanaan haul. Kini, lokasi makam Ki Ageng Gringsing yang berada di kompleks pemakaman umum selatan Desa Gringsing terawat dengan baik. Peziarah dari berbagai daerah datang berkunjung, mengingat Ki Ageng Gringsing memiliki nama dan pengaruh besar,” ungkapnya.

Acara khaul dan haul ini bukan hanya menjadi ajang mengenang jasa para ulama, tetapi juga menjadi sarana mempererat silaturahmi dan meningkatkan ketakwaan umat Muslim. (MC Batang, Jateng/Edo/Jumadi)