Home / Berita / Kesehatan / PENGASAPAN MASIH JADI ANDALAN WARGA MUSNAHKAN VIRUS DBD

Berita

Pengasapan Masih jadi Andalan Warga Musnahkan Virus DBD

Batang - Fogging atau pengasapan kembali jadi andalan warga Dukuh Bogoran Kauman untuk memusnahkan nyamuk Aedes Aigypti, pembawa virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Warga setempat meminta bantuan petugas Dinkes Batang, pasca tiga remaja terserang virus tersebut pekan lalu.

Batang - Fogging atau pengasapan kembali jadi andalan warga Dukuh Bogoran Kauman untuk memusnahkan nyamuk Aedes Aigypti, pembawa virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Warga setempat meminta bantuan petugas Dinkes Batang, pasca tiga remaja terserang virus tersebut pekan lalu.

Warga Bogoran, Bahar mengaku, pasca anaknya terpapar virus DBD, segera mengajukan permohonan kepada petugas Dinkes, untuk melakukan pengasapan di area kediamannya. Tak hanya putranya yang terserang DBD, namun ada dua remaja lain yang ikut terserang virus tersebut.

“Saya yakin anak saya kena gigitan nyamuk Aedes Aigypti di tempat lain. Karena warga kami sudah menerapkan 3M plus,” katanya, saat ditemui usai mendampingi petugas melakukan pengasapan, di Dukuh Bogoran Kauman, Kabupaten Batang, Selasa (4/6/2024).

Ia membernarkan, pencegahan DBD melalui 3M plus, memang sangat dianjurkan pemerintah. Namun pengasapan juga menjadi penting, karena bagian dari upaya memusnahkan penyebaran nyamuk Aedes Aigypti.

Ditemui secara terpisah, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Batang Ery Saraswanto mengatakan, selama ini masyarakat terus diimbau untuk mengintensifkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), namun nyatanya di lapangan, warga masih lebih percaya dengan pengasapan.

“Dari pekan lalu ada sekitar 8 permohonan. Hari ini sudah ada 4, dan didominasi wilayah Cablikan, Warungasem, Gringsing dan Batang Kota,” jelasnya.

Mayoritas mereka yang mengajukan permohonan, berada di daerah yang warganya terserang DBD.

“Biasanya pantai itu rawan jadi sarang nyamuk, tapi sekarang justru ke arah pegunungan karena terbawa mereka yang mungkin beraktivitas di dataran rendah,” ungkapnya.

Terjadinya peningkatan kasus DBD, juga dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tak menentu, di masa peralihan. Terlebih kebersihan lingkungan yang tidak dapat dijaga dengan baik.

“Berdasarkan data, selama Maret hingga April kasus DBD di Kabupaten Batang mencapai 279. Dan dua orang di antaranya meninggal dunia,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Sri Rahayu)