Shuttlecock Asal Batang Jadi Rujukan Pengrajin Tegal
Batang - Industri shuttlecock di Indonesia makin menjamur, karena hampir di setiap daerah menjadi sentra produksi. Namun tidak semuanya mampu merambah pasar ekspor.
Batang - Industri
shuttlecock di Indonesia makin menjamur, karena hampir di setiap daerah menjadi
sentra produksi. Namun tidak semuanya mampu merambah pasar ekspor.
Melihat potensi sentra
produksi shuttlecock IND Shuttlecock Kabupaten Batang, yang telah mampu
menembus pasar internasional, Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah berupaya
menjembatani para pengrajin yang tergabung dalam Koperasi Shuttlecock Lawatan
Sejahtera dari Kabupaten Tegal, untuk mendapatkan pembelajaran langsung mulai
dari pemilihan bahan baku, proses produksi hingga mencapai pangsa pasar
internasional.
Analis Koperasi, Dinas
Koperasi dan UKM Jawa Tengah, Riyan Fadhilah menyampaikan, IND Shuttlecock
dipilih jadi salah satu rujukan karena produknya yang telah menjangkau pasar internasional,
sehingga para perajin dapat mengadopsi pola produksi hingga pemasaran.
“Respons mereka sangat
positif, ditunjukkan lewat diskusi yang interaktif. Saya yakin ini bisa memicu
semangat mereka supaya lebih meningkatkan kualitas produk mereka,” katanya,
saat mendampingi perajin shuttlecock, di pusat produksi IND Shuttlecock, Desa Padekaran,
Kabupaten Batang, Rabu (6/9/2023).
Pemilik IND
Shuttlecock, Ahda Al Faizu menyampaikan, beberapa jenis shuttlecock yang
berstandar nasional maupun internasional serta strategi pemasaran hingga mampu
menembus pasar ekspor.
“Nanti kami bantu
mendapatkan konsumen termasuk bahan baku seperti bulu angsa yang sesuai
standarisasi internasional,” jelasnya.
Dalam waktu dekat, para
perajin lokal ini akan dikenalkan dengan konsumen dari Negeri Jiran.
“Kebutuhan pasar di
sana sangat potensial, berkisar 12 ribu tabung, apalagi belum ada yang
memproduksi. Jadi ini peluang besar dan langkah awal buat pengrajin shuttlecock
dalam negeri, supaya dapat melebarkan jangkauan pasar hingga mancanegara,” ungkapnya.
Salah satu anggota
Koperasi Shuttlecock Lawatan Sejahtera dari Kabupaten Tegal Ade mengatakan,
selama ini pangsa pasar dan kapasitas produksi yang hanya untuk lingkup lokal.
“Sementara ini produksi
kami baru 50-100 yang didistribusikan ke wilayah Tegal, Pemalang, Pekalongan,
Batang dan Cirebon. Kendalanya bahan baku bulu yang cuma mengandalkan lokal, jadi
kualitasnya belum standar,” terangnya.
Melalui studi tiru ini,
para pengrajin berharap agar ada sinergi yang terbangun, sehingga dapat membuka
jaringan dalam memperoleh bahan baku sesuai standar hingga mampu menembus pasar
ekspor. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)