Warga di Batang Pertahankan Masak Kerupuk Usek Pakai Pasir Pantai

Batang - Kerupuk biasanya digoreng menggunakan minyak goreng pada proses masaknya. Tapi ada salah satu yang berbeda yakni kerupuk usek yang proses masaknya menggunakan pasir pantai.
Batang - Kerupuk
biasanya digoreng menggunakan minyak goreng pada proses masaknya. Tapi ada
salah satu yang berbeda yakni kerupuk usek yang proses masaknya menggunakan
pasir pantai.
Contohnya kerupuk usek
khas Kabupaten Batang. Kerupuk usek atau kerupuk yang dimasak dengan pasir
memang cukup laris di pasaran. Menurut pendapat masyarakat sekitar, banyak yang
menganggap lebih sehat karena tidak digoreng dengan minyak.
Melihat kesempatan itu
puluhan ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Maju Makmur
Jaya di Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang untuk membuat
usaha kerupuk usek.
KUB Maju Makmur sendiri
hingga sekarang sudah mempunyai 21 anggota yang tugasnya dibagi dua yakni ada
yang menggoreng dan ada yang menjual. Mereka memasak kerupuk usek dengan cara
tradisional menggunakan pasir Pantai Ujungnegoro yang tidak jauh dari lokasi
usaha.
“Dimasaknya pakai pasir
pantai, pasirnya tetap dipilih-pilih, yaitu yang bagian dalam, bukan yang atas,
setelah diambil, pasirnya dibersihkan, dijemur lagi, baru dipakai,” kata Ketua
KUB Maju Makmur Astuti saat ditemui di Ruang Produksi Kerupuk Usek Desa
Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Kamis (22/6/2023).
Dijelaskannya, pasir
pantai yang digunakan memasak kerupuk usek hanya dapat dipakai sekali saja.
Jika ingin menggoreng lagi harus diganti dengan yang baru supaya hasil
kerupuknya tidak gosong.
“Untuk memproduksi 25
Kilogram kerupuk usek membutuhkan sekitar 5 Kilogram pasir pantai dengan waktu
memasak hanya 2 jam saja,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan,
bahwa memasak secara tradisional menggunakan pasir sebagai minyak dan kayu
bakar sebagai bahan bakarnya, jadi biaya produksinya menjadi lebih murah. Karena
semua bahan yang dibutuhkan tadi bisa ditemukan di sekitar lokasi untuk memproduksi
kerupuk usek.
“Alat yang digunakan
pun masih tradisional, yaitu berupa tungku berbentuk tabung yang diputar dan
dipanasi di bagian bawahnya. Kemudian pasir dimasukkan ke salah satu bagian
dari tungku itu. Kerupuk dimasukkan ke lubang tungku, sembari diputar, pasir
pantai itu sedikit demi sedikit jatuh dalam tungku, ikut mematangkan kerupuk,”
terangnya.
Tidak hanya memproduksi
satu jenis kerupuk, KUB Makmur Jaya dapat membuat 10 jenis dengan total
produksinya saat ini mencapai 3 kwintal atau 300 Kilogram.
Astuti menerangkan,
bahwa untuk ibu-ibu menjual hasil produksinya ke sekitar kampung sedangkan para
bapak menjual hingga ke luar desa.
Berdirinya KUB Makmur
Jaya pada 2014 berasal dari Corporate
Social Responsibility (CSR) PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). Dengan awal
jumlah anggota hanya 15 saja.
“Para ibu-ibu mendapat Rp10 juta sebagai modal
awal, rinciannya penggunaan dana yaitu Rp8 juta untuk pembelian alat, lalu
sisanya Rp2 juta untuk bahan baku,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Roza/Jumadi)