Industri Galangan Kapal di Batang Tinggal 17 Pengusaha Bertahan
Batang - Pembuatan kapal sangat identik di Kabupaten Batang mempunyai ciri khas tersendiri. Tapi dari tahun ke tahun kini semakin berkurang.
Batang - Pembuatan
kapal sangat identik di Kabupaten Batang mempunyai ciri khas tersendiri. Tapi
dari tahun ke tahun kini semakin berkurang.
Kondisi industri
galangan kapal kayu di Kabupaten Batang pun kian meredup, berdasarkan data
dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan
Peternakan (Dislutkanak) dari 60 galangan kapal saat ini hanya 17 pelaku usaha
pembuatan kapal yang masih bertahan.
Industri galangan kapal
di Kabupaten Batang, memang pernah berjaya pada era 2011, bahkan menjadi salah
satu sentra galangan kapal terbaik dan terbesar di Indonesia.
“Memang untuk galangan
kapal di Kabupaten Batang saat ini kondisinya sudah semakin berkurang, dari
data kami saat ini ada 17, pada masa jaya-jayanya itu ada sekitar 60 galangan
kapal,” kata Kepala Tukang Galangan Kapal Nelayan Pantura Jaya, Tarsono saat
ditemui di Galangan Kapal Kapal Nelayan Pantura Jaya, Kecamatan Batang Kabupaten
Batang, Jumat (2/6/2023).
Menurutnya, ada
beberapa faktor yang membuat sejumlah galangan kapal menutup operasi, mulai
dari semakin sepi permintaan, hingga dampak Covid-19.
“Dampak Covid-19
kemarin memang cukup berpengaruh besar bagi mereka, juga perhitungan pembuatan
kapal dan keuntungan omzet sekarang agak mengalami penurunan, untuk produksi
saat ini setiap galangan kapal menghasilkan 4 unit pertahun itu sudah cukup
lumayan, kalau dulu bisa lebih banyak,” jelasnya.
Industri galangan kapal
di Kabupaten Batang pun termasuk salah satu pembuat kapal dengan kualitas
terbaik yang sangat identik.
“Keistimewaan galangan
kapal di Kabupaten Batang adalah, kapalnya awet bisa melaut beberapa tahun, pengerjaannya
juga sangat teliti,” ungkapnya.
Nelayan Pantura Jaya,
salah satu industri galangan kapal yang masih bertahan. Galangan kapal yang
berada di sungai Sambong itu saat ini tengah mengerjakan permintaan 4 kapal.
“Ada beberapa jenis
kapal yang biasa di buat diantaranya kapal cakalang, kursin, cumi dan cantrang.
Kayu yang digunakan adalah kayu bengkirai dan laban dari Kalimantan,” terangnya.
Setiap kapal memiliki
waktu pengerjaan berbeda, kapal jenis cakalang misalnya kapal 160 GT itu
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 1,5 hingga 2 tahun dikerjakan 20 orang.
“Pemesan kapal pun
datang dari berbagai daerah mulai dari Tegal, Juwana, Cilacap, Jakarta hingga
Bali. Satu unit kapal lengkap siap berangkat mencapai harga Rp18 miliar,”
tandasnya.
Kapal kayu yang dibuat
di Kabupaten Batang ini memang dikenal dengan kualitas terbaik.
“Keunggulannya, kalau
dari setiap juragan itu memang berbeda dari lainnya, karena dikerjakan dengan
teliti, dan cukup kuat usianya bisa sampai 25 tahun,” ujar dia. (MC Batang,
Jateng/Roza/Jumadi)