Home / Berita / Seni dan Budaya / MERIAHNYA FLASHMOB BABALU, KUATKAN KARAKTER BUDAYA LOKAL

Berita

Meriahnya Flashmob Babalu, Kuatkan Karakter Budaya Lokal

Batang - Ratusan pelajar SMP Negeri 1 Batang berlenggak-lenggok bergerak serentak, sesuai hentakan irama, menari tarian khas Batang, Babalu. Flashmob Babalu ditarikan secara meriah oleh lebih dari 190 pelajar bersama para pendidik sebagai fasilitator, untuk menguatkan karakter dan kecintaan pada seni budaya lokal.

Batang - Ratusan pelajar SMP Negeri 1 Batang berlenggak-lenggok bergerak serentak, sesuai hentakan irama, menari tarian khas Batang, Babalu. Flashmob Babalu ditarikan secara meriah oleh lebih dari 190 pelajar bersama para pendidik sebagai fasilitator, untuk menguatkan karakter dan kecintaan pada seni budaya lokal.

Kegiatan tersebut digelar sebagai realisasi dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bagi peserta didik kelas VII serta pentas seni bagi pelajar kelas VIII dan IX.

Kepala SMPN 1 Batang Achmad Suroso menyampaikan, tema inti yang diangkat adalah kearifan lokal yang mengkhususkan pada tarian tradisional khas Batang, Babalu. Anak didik dikenalkan agar memahami dan menerapkan kearifan lokal khususnya tari tradisional khas Batang.

“Tujuan utamanya agar anak didik kami memiliki karakter yang kuat dari sisi sosial, religi dan sopan santun. Tak hanya itu, mereka juga telah diedukasi tentang pencegahan perundungan dan pelatihan kewirausahaan, sesuai minat dan bakatnya,” katanya, saat ditemui usai kegiatan gelar karya P5, di halaman SMPN 1 Batang, Kabupaten Batang, Sabtu (11/3/2023).

Ketua panitia gelar karya, Siti Qomsiyah mengutarakan, kegiatan ini telah dilaksanakan selama sepekan dan puncaknya adalah even gelar karya yang mengusung tari Babalu, agar generasi muda tidak melupakan bahwa tari tersebut, merupakan salah satu media untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Tari Babalu digunakan untuk mengatur siasat agar para pejuang dari Kabupaten Batang dapat menerobos benteng pertahanan kolonial Belanda.

“Tari Babalu sebenarnya ditampilkan oleh 8 hingga 10 orang, tapi khusus pada kegiatan P5 ini kami buat flashmob dengan mengikutsertakan 192 pelajar kelas VII didampingi guru. Proses latihannya bertahap dan berkelompok, selama tiga hari mereka kami latih menari sesuai posisinys, sehingga tampak meriah saat ditampilkan,” jelasnya.

Ia mengharapkan, setelah mempraktikkan tari Babalu, anak-anak tidak kehilangan jati dirinya sebagai pelestari budaya khas Batang. Meskipun mereka digempur oleh budaya asing, tapi karakter kearifan lokal Batang tidak hilang begitu saja.

Sementara, Salah satu pelajar kelas VIII Hanifah mengungkapkan, ada sedikit kesulitan terutama untuk menghafal tiap gerakan. Tapi berkat latihan rutin selama sepekan dan menyimak pemutaran vidio tari Babalu, akhirnya bisa ditampilkan secara meriah dan menarik.

“Saya memang suka tarian K-Pop, tapi lebih suka tari tradisional, contohnya Babalu. Ada sedikit kecemasan juga kalau kita tidak lebih mencintai budaya lokal, lama-lama bisa lupa dan hilang, jadi tidak punya identitas budaya sendiri,” ujar dia.

Selain tari Babalu, para pelajar juga mempertunjukkan beragam tarian, di antaranya tari Simo Gringsing yang menceritakan tentang legenda Ki Ageng Gringsing yang memiliki kesaktian dapat berubah menjadi simo atau harimau. Dan Tari Batik Gringsing yang menunjukkan filosofi keseimbangan, kemakmuran dan kesuburan. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)