Pedagang Gorengan Keluhkan Minyakita Langka
Batang - Terhentinya pasokan minyak goreng bersubsidi Miyakita di pasar-pasar tradisional, membuat pedagang gorengan mengeluh. Pasalnya, mereka harus kembali membeli minyak goreng curah yang harganya lebih mahal dan kualitasnya pun kurang baik, dibandingkan dengan minyak goreng bersubsidi yang lebih jernih.
Batang - Terhentinya
pasokan minyak goreng bersubsidi Miyakita di pasar-pasar tradisional, membuat
pedagang gorengan mengeluh. Pasalnya, mereka harus kembali membeli minyak
goreng curah yang harganya lebih mahal dan kualitasnya pun kurang baik,
dibandingkan dengan minyak goreng bersubsidi yang lebih jernih.
Para pedagang gorengan
dan masyarakat umum pun makin mengeluh karena selain pasokan yang terhenti,
harga Minyakita di pasaran pun mulai ikut merangkak naik, dari semula
Rp14.000,00 menjadi Rp14.500,00 per liter.
Pedagang gorengan,
Wilastri mengatakan sejak minyak goreng bersubsidi Langka di pasar, terpaksa
kembali membeli minyak goreng curah.
“Kalau Minyakita dulu
lebih murah, cuma Rp14 ribu sekarang terpaksa beli yang curah Rp17 ribu,”
terangnya, saat ditemui di warungnya, kompleks Pasar Kabupaten Batang, Senin
(6/2/2023).
Ia mengakui meski harga
minyak goreng naik, namun harga jual gorengan tak ikut dinaikkan.
“Harga gorengan ya
tetap, 1 buah tempe goreng Rp1.000,00,” tuturnya.
Salah satu konsumen
sekaligus pedagang toko kelontong, Aminah mengaku harga gorengan masih sama,
tidak mengalami kenaikan.
Meski demikian ia tetap
menyayangkan kelangkaan minyak goreng bersubsidi Minyakita karena banyak
konsumen yang kecewa.
“Saya kan juga jualan
minyak goreng di warung rumah. Kemarin jualnya ya Minyakita Rp14 ribu, tapi
karena sekarang langka terpaksa jual minyak goreng kemasan, harganya Rp18 ribu,”
jelasnya.
Ia mengharapkan,
pemerintah segera turun tangan, supaya harga minyak goreng bersubsidi kembali
normal dan stok tercukupi, sehingga masyarakat dapat membeli sesuai kemampuan
ekonominya.
Sementara itu, Kabid
Perdagangan Disperindagkop dan UKM Batang, Endang Rahmawati menerangkan, kebutuhan
minyak goreng untuk masyarakat Kabupaten Batang jika memperhatikan
perhitungannya mencapai 0,036 liter per hari.
“Jadi dengan jumlah
penduduk Kabupaten Batang 801.718 jiwa, maka kebutuhan minyak goreng mencapai
Rp28 ribu liter per harinya,” terangnya.
Ia menambahkan, pasokan
minyak goreng kemasan dan curah di Kabupaten Batang saat ini sebenarnya
mencukupi kebutuhan masyarakat, yakni 28 ribu liter.
“Hanya saja masyarakat
lebih memilih minyak goreng bersubsidi karena harganya yang lebih efisien.
Sebenarnya kalau mereka belinya minyak goreng kemasan stok pasti mencukupi,” ujar
dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)