Home / Berita / Pertanian Perikanan Perkebunan Peternakan / PETANI MILENIAL BATANG TEKUNI BUDIDAYA JERUK UNTUK AGROWISATA PETIK BUAH

Berita

Petani Milenial Batang Tekuni Budidaya Jeruk Untuk Agrowisata Petik Buah

Batang - Petani Milenial Kabupaten Batang Panggih Riski Prastiko (22) berhasil menekuni budidaya jeruk siam pontianak sejak usia 18 tahun atau sebelum masuk bangku kuliah. Mahasiswa Semester 6 Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan ini melihat potensi pertanian di daerahnya sangat besar untuk dikembangkan.

Batang - Petani Milenial Kabupaten Batang Panggih Riski Prastiko (22) berhasil menekuni budidaya jeruk siam pontianak sejak usia 18 tahun atau sebelum masuk bangku kuliah. Mahasiswa Semester 6 Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan ini melihat potensi pertanian di daerahnya sangat besar untuk dikembangkan.

Namun karena harga buah jeruk kerap anjlog saat panen raya, maka terbesitlah ide untuk menerapkan teknologi Pembuahan Berjenjang Sepanjang Tahun (Bujangseta) hasil belajar dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Malang untuk mendukung Agrowisata yang sedang dirintis.

“Awalnya hasil panen jeruk di pasaran hanya dihargai Rp8000,00 hingga Rp10.000,00 per kg, namun setelah mengadopsi sistem agrowisata harga buah jeruk kini lebih stabil dan menguntungkan. Mencapai Rp18.000,00 per kg,” katanya saat ditemui di Kebunnya Desa Rowobelang, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Senin (25/7/2022).

Ia memanfaatkan lahan tanaman jeruk seluas 3.000 meter persegi menjadi agrowisata. Kini pengunjung bebas memetik buah sendiri yang dikehendaki kemudian hasilnya ditimbang. Setelah itu buah jeruk ada yang dibawa pulang untuk oleh-oleh, juga ada yang dinikmati langsung di lokasi.

“Teknologi Bujangseta cukup menjaga ketersediaan buah jeruk sepanjang tahun, sehingga pengunjung yang datang masih memiliki kesempatan untuk melakukan petik buah sendiri,” jelasnya.

Untuk menarik minat lebih banyak pengunjung, Panggih kerap mempromosikan agrowisata rintisannya ke sejumlah akun media sosial populer maupun akun pribadinya. Hasilnya, pengunjung yang penasaran mulai banyak berdatangan.

“Di awal-awal banyak yang Direct Massage (DM) untuk janjian berkunjung, setelah viral banyak yang datang berombongan,” ungkapnya.

Dalam satu hari jumlah pengunjung puluhan orang, tapi di akhir pekan atau hari libur jumlahnya bisa lebih banyak. Adapun satu pengunjung yang datang, biasanya memetik 5 kg buah jeruk untuk dibawa pulang, belum lagi yang dinikmati langsung di lokasi.

Ia menuturkan untuk mengembangkan agrowisata menjadi tujuan keluarga yang edukatif telah disiapkan dua lahan lagi masing-masing seluas 2.000 dan 5.000 ribu meter persegi.

“Nantinya pengunjung bisa belajar budidaya jeruk mulai dari menanam, merawat maupun memanen buah. Kami di sini sudah mengajari pengunjung bagaimana cara memilih buah jeruk siap dipetik,” terangnya.

Sebelum menekuni budidaya jeruk, mahasiswa Prodi Agroteknologi ini mengaku sempat menanam palawija, ketela dan bengkoang. Namun setelah mengikuti program yang ditawarkan Balitjestro Malang, beralih menanam jeruk.

“Peluang pasar buah jeruk lebih terbuka. Saat ini jumlah tanaman jeruk ada 240 di mana satu pohon mampu menghasilkan 10 kg buah jeruk,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Roza/Jumadi)