PMK Tak Tulari Manusia, Pebisnis Peternakan Diminta Tetap Waspada
Batang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang belum lama ini kembali menjangkiti hewan ternak khususnya berkuku belah, di beberapa wilayah Provinsi Jawa Timur, meski tidak dapat menular pada manusia, namun bagi para pebisnis peternakan, termasuk tukang jagal hingga instansi terkait masih menaruh kewaspadaan, agar tidak memasuki wilayah Kabupaten Batang.
Batang Penyakit Mulut
dan Kuku (PMK) yang belum lama ini kembali menjangkiti hewan ternak khususnya
berkuku belah, di beberapa wilayah Provinsi Jawa Timur, meski tidak dapat
menular pada manusia, namun bagi para pebisnis peternakan, termasuk tukang
jagal hingga instansi terkait masih menaruh kewaspadaan, agar tidak memasuki
wilayah Kabupaten Batang.
Beberapa daerah yang
hewan ternaknya terpapar PMK antara lain: Gresik, Mojokerto dan Lumajang.
Kepala Bidang
Peternakan dan Kesehatan Hewan Dislutkannak (Dislutkannak) Batang, Syam
Manohara mengatakan, masyarakat tidak perlu merasa takut, karena tidak menular
pada manusia, namun penularannya justru sangat masif pada hewan berkuku belah,
seperti sapi, kerbau, kambing, domba, rusa dan babi.
“Seluruh elemen terkait
seperti pengepul maupun tukang jagal, diminta mengoptimalkan pengawasan. Kalau
sampai masuk ke regional masing-masing penularannya sangat masif, bahkan bisa
lewat embusan udara jarak 10 kilometer,” katanya, usai menggelar Sosialisasi
Pencegahan dan Pengendalian PMK, di Gedung Pramuka, Kabupaten Batang, Kamis
(12/5/2022).
Di tahun 1985 Indonesia
telah bebas dari PMK dan mendapat pengakuan internasional tahun 1990 silam.
“Tapi secara mendadak
Kamis pekan lalu, PMK muncul kembali di Jawa Timur. Bahkan sekarang sudah masuk
ke Jawa Tengah seperti Rembang, Boyolali, Klaten, Purbalingga, Banyumas dan
petugas kemarin juga sudah melakukan pemeriksaan terhadap sapi yang terjangkit
di Pemalang, sedangkan hasil pemeriksaan masih harus menanti informasi dari tim
laboratorium,” jelasnya.
Ia memastikan, para
petugas kesehatan hewan di Kabupaten Batang sudah melakukan pemeriksaan di
kantong-kantong potensial yang dimungkinkan rawan menjadi penularan virus.
“Alhamdulillah di
Batang masih aman, tapi kami tetap melakukan pengawasan selama 24 jam. Sampai
sekarang kami masih menunggu arahan dari Dirjen Penanganan Kesehatan Hewan
Indonesia, tapi upaya Dislutkannak Batang saat ini menyosialisasikan bahaya PMK
kepada pebisnis peternakan dan tukang jagal hewan ternak, agar tetap waspada,”
tegasnya.
Metode diagnosa pada
sapi yang terpapar PMK yakni kepincangan, kelenjar submandibula membengkak,
nafsu makan menurun, lepuh pada area mulut, suhu tubuh 41⁰C dan produksi susu
menurun pada sapi perah.
“Kalau ada gejala
tersebut, segera melapor kepada Dislutkannak atau bisa ke tingkat kecamatan.
Nanti oleh tim medis akan didiagnosis dan dilaporkan ke Laboratorium Uji Sampel
Balai Besar Petrina Wates dan Pusvetma Surabaya, hasilnya dapat diketahui dua
hari kemudian,” terangnya.
Apabila dinyatakan
positif, suatu daerah itu diisolasi dengan tidak diizinkan mengeluarkan atau
memasukkan hewan ternak.
“Dari laporan yang
didapat, di Pemalang hasil sudah mengarah ke sana, tapi petugas masih melakukan
pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dampak
yang dirasakan justru di bidang perekonomian karena akan terjadi penurunan
produktivitas hewan ternak.
“Penurunan produksi
susu sampai 50 persen, kematian sapi usia muda bisa sampai 50 persen,” ujar dia.
Berdasarkan data,
populasi sapi di Kabupaten Batang sebanyak 23 ribu ekor terdiri dari usia
dewasa maupun muda.
“Diprediksikan bisa
menyebabkan kematian sapi muda sebanyak 6 ribu ekor dan dewasa seribu ekor,” imbuhnya.
Untuk mencegah masuknya
PMK ke Kabupaten Batang, maka dibutuhkan kerja sama dalam pencegahan oleh
TNI/Polri, instansi terkait seperti Dislutkannak, Satpol PP, Disperindagkop dan
UKM bersama pebisnis ternak. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)