Wujud Syukur Kepada Sang Pencipta, Masyarakat Desa Silurah Batang Gelar Tradisi Budaya Nyadran
Batang - Nyadran Desa Silurah merupakan tradisi budaya unggulan di Kabupaten Batang. Tradisi ini selalu di peringati warga Desa Silurah setiap tanggal 10 Desember 2021 yang berlokasi di Hutan Larangan.
Batang - Nyadran Desa
Silurah merupakan tradisi budaya unggulan di Kabupaten Batang. Tradisi ini
selalu di peringati warga Desa Silurah setiap tanggal 10 Desember 2021 yang
berlokasi di Hutan Larangan.
“Bahwa tradisi Nyadran
Desa Silurah pada tahun ini sedikit berbeda, tidak ada tamu dari luar desa atau
luar kota yang datang karena masih masa Pandemi Covid-19 jadi yang mengikuti
hanya warga setempat saja,” kata Kepala Desa Silurah Suroto saat ditemui usai
acara tradisi Nyadran di Hutan Larangan Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal,
Kabupaten Batang, Jumat (10/12/2021).
Biasanya tradisi
Nyadran Desa Silurah menjadi event budaya yang masuk pada program Visit Batang
Year 2022 dan masuk kalender event tahunan yang berisi semua kegiatan dari
komunitas dan masyarakat Kabupaten Batang.
Dijelaskannya, kegiatan
Nyadran Desa Silurah pada tahun ini mengambil yang penting dan syakral saja
seperti ider-ider malam hari yang merupakan kegiatan kepala desa dan
perangkatnya keliling desa pada malam hari dengan membaca doa yang sudah
ditentukan para sesepuh, tujuannya agar menolak balak dan ditekatkan rahmatnya
Allah.
Kemudian, lanjut dia, pada
paginya ada pemotongan kambing kendit yang bentuknya kambing hitam, tetapi di
tengahnya ada warna putih dan kalau sudah matang nantinya dinikmati oleh para
warga dengan iringan gending atau tembang jawa.
Makna tradisi Nyadran
Desa Silurah sangat luar biasa, maka kita harus menjaga tradisi dan budaya yang
ada di Desa Silurah.
“Makanya kita usahakan adakan
terus setiap tahun meskipun masa Pandemi Covid-19 ini dan kita terus mengimbau
para generasi Desa Silurah berikutnya agar tidak menghilangkan tradisi Nyadran
Desa Silurah dengan perkembangan zaman sekarang,” jelasnya.
Sementara itu, salah
satu pegiat budaya dari Komunitas Batang Heritage MJA Nashir mengatakan,
tradisi Nyadran Gunung Silurah ini memang harus terus dilestarikan sebagai
kultur budaya yang dipegang teguh masyarakat Desa Silurah.
“Tradisi ini sudah
dilakukan leluhur sejak Hindu, Budha kemudian Islam bisa dilihat juga dari
peninggalan-peninggalan yang ada di Desa Silurah salah satunya Punden Perundak
yang menjadi tembat ibadah lokal saat itu,” terangnya.
Desa Silurah memiliki
beragam bukti sejarah dengan peninggalan arkeologis seperti prasasti, arca, dan
struktur bangunan.
“Beberapa peninggalan
memang belum di eskavasi dan sebenarnya itu luas sekali membuktikan ketika Agama
Hindu, Budha berusaha menyesuaikan kepercayaan masyarakat setempat, waktu
diteliti masih murni dan artinya ketika ada agama yang baru masuk menghormati
yang masih ada dan ini bentuk spiritual kaitannya dengan gunung,” ujar dia. (MC
Batang, Jateng/Roza/Jumadi)