Rendahnya Vaksinasi Bumil, IBI Optimalkan Sosialisasi
Batang - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Batang mengoptimalkan upaya agar para ibu hamil (Bumil) bersedia divaksinasi Covid-19, mengingat angka vaksinasi yang hanya 0,04%. Selain itu, di masa pandemi dan makin modernnya sarana prasarana pelayanan medis, maka para bidan desa mendapat pelatihan Midwivery dari para praktisi khususnya di bidang kandungan, mulai 3-5 Desember mendatang.
Batang - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Batang
mengoptimalkan upaya agar para ibu hamil (Bumil) bersedia divaksinasi Covid-19,
mengingat angka vaksinasi yang hanya 0,04%. Selain itu, di masa pandemi dan
makin modernnya sarana prasarana pelayanan medis, maka para bidan desa mendapat
pelatihan Midwivery dari para
praktisi khususnya di bidang kandungan, mulai 3-5 Desember mendatang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, dr. Didiet
Wisnuhardanto menyampaikan, pelatihan diberikan untuk meningkatkan kompetensi
para bidan desa, terutama meminimalkan angka kematian Bumil.
“Rata-rata mereka menolak divaksinasi, kami tidak
tahu apa sebabnya. Padahal itu untuk kepentingan Bumil sendiri, karena kasus
kematian yang disebabkan Covid-19 cukup tinggi, di Batang hingga Desember ini
sudah ada 33 Bumil meninggal, 19 di antaranya disebabkan Covid-19, 14 lainnya
disebabkan beberapa faktor,” katanya, usai membuka Pelatihan Midwivery
IBI Cabang Batang, di Hotel Dewi Ratih, Kabupaten Batang, Jumat (3/12/2021).
Ia memastikan, sebetulnya tidak perlu khawatir,
karena untuk vaksin jenis Sinovac, Moderna dan Pfizer aman untuk Bumil.
“Jenis Johnson & Johnson belum ada yang bisa
dipakai untuk Bumil,” katanya.
Ia menambahkan, percepatan vaksinasi terus
dilakukan, hingga kini capaiannya sebesar 60%.
“Kami optimis akhir tahun ini target 70% vaksinasi
tercapai. Stok vaksin sampai sekarang masih aman yakni 34 ribu,” tandasnya.
Ketua IBI Cabang Batang Suci Asih mengutarakan,
untuk vaksinasi bagi Bumil, capaiannya baru 0,04%, yang masih sangat jauh dari
harapan.
“Kesadaran dari Bumil sangat dibutuhkan, sedangkan
para bidan desa saat berkonsentrasi pada percepatan vaksinasi dosis pertama.
Tapi kami tetap berupaya supaya Bumil antusias untuk divaksinasi,” jelasnya.
Usia kandungan 13 minggu sampai 33 minggu atau tiga
sampai delapan bulan Bumil sudah boleh menerima vaksin. Itupun jika vaksinnya
ada bisa diberikan, karena ketersediaan vaksin juga masih tergantung dari
Dinkes.
Sampai saat ini proses vaksinasi yang dilakukan oleh
bidan masih di bawah naungan Puskesmas.
“Vaksinasi dosis pertama Bumil di bulan November
targetnya 884 realisasinya baru 729,” tuturnya.
Sementara kasus Covid-19 yang terjadi pada Bumil
beberapa waktu lalu, karena daya imunitas rendah di sisi lain, hormon saat
hamil cenderung tinggi.
“Apabila kita menemukan Bumil yang terkonfirmasi
Covid-19, otomatis dilakukan tracing kepada keluarga,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, jika ditemukan saat usia kehamilan
tujuh bulan atau sebelum usia 40 minggu masa persalinan, Bumil harus melakukan
isolasi mandiri.
“Di usia kehamilan tujuh bulan, dilakukan deteksi
kepada Bumil dengan menjalani swab, sesuai arahan dari Dinas Kesehatan. Di
trimester 3 ini waktu yang tepat, karena menjelang persalinan, sehingga bisa
menentukan isolasi mandiri yang tepat,” ujar dia.
Bidan desa tentu melakukan penanganan persalinan
yang berbeda kepada Bumil. Proses persalinan harus dilakukan di ruang khusus.
Ada beberapa Puskesmas yang mampu melayani untuk
pasien-pasien Covid-19, seperti di Puskesmas Rawat Inap Subah, Bawang dan
Bandar, namun tetap dengan prokes ketat. Bagi yang dirujuk ke rumah sakit pun
kami bantu sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)