Digitalisasi Peta Cagar Budaya, Metode Penyimpanan Situs Abadi
Batang - Digitalisasi dalam penyimpanan informasi tentang situs-situs benda cagar budaya, dirasa penting oleh para pemerhati sejarah, agar data tertata rapi dan tersimpan abadi.
Batang - Digitalisasi dalam penyimpanan informasi
tentang situs-situs benda cagar budaya, dirasa penting oleh para pemerhati
sejarah, agar data tertata rapi dan tersimpan abadi.
Pemerhati benda cagar budaya, sekaligus guru mata
pelajaran sejarah, Nurrochim menyampaikan, selama ini pendataan segala
informasi tentang situs-situs kepurbakalaan hanya tersimpan secara manual, yang
dimungkinkan dapat teejadi kerusakan atau bahkan hilang.
“Kalau sekrang para peneliti menyimpan datanya
secara konvensional, tapi ketika disimpan dalam sebuah aplikasi, informasi akan
terdata semua,” katanya, saat ditemui, di SMAN 2 Kabupaten Batang, Kamis
(18/11/2021).
Ia menyayangkan, apabila pendataan hanya dilakukan
secara manual, akan terjadi pengulangan serupa. Tetapi jika tersimpan secara
digital, pendataan tidak perlu dilakukan berulang-ulang.
“Kondisi situs dari tahun ke tahun kemungkinan bisa
berubah. Mungkin ada goresan karena terpapar benda tajam, tapi ketika melihat
gambar aslinya di peta digital, bisa melihat sumber tahun pengambilannya secara
lengkap,” jelasnya.
Benda-benda cagar budaya yang tersimpan secara fisik
maupun digital akan terlindung dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
“Saya berusaha mengajak Dinas Komunikasi dan
Informatika (Diskominfo) Batang, yang memiliki tenaga ahli di bidang teknologi
informasi, supaya bisa membantu mewujudkan rencana digitalisasi peta cagar
budaya,” harapnya.
Dijelaskannya, pendataan dapat diawali dengan situs-situs
kepurbakalaan dari masa klasik, masa Islam dan masa kolonial.
“Di Gringsing dan Plelen bisa dilihat banyak
bangunan masa kolonial, seperti rumah-rumah di sepanjang jalan arah PTPN IX. Di
masa Islam banyak masjid kuno, makam Wonobodro, kitab Tarajumah dan lainnya,” terangnya.
Kedepan dapat mengembangkan teknologi melalui
barcode, sehingga wisatawan mudah mengakses sebagai konsep eduwisata cagar
budaya.
Kepala Diskominfo Batang, Triossy Juniarto
mengatakan, rencana peta digital cagar budaya merupakan bentuk pengembangan
teknologi untuk memudahkan penyampaian informasi kepada masyarakat tentang
situs-situs benda bersejarah di Kabupaten Batang.
“Ini nantinya mudah diakses secara digital, salah
satunya menggunakan media android. Kami mendukung melalui Bidang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) bersama Disdikbud, dengan menambah
aplikasi di aplikasi Batang Region,” ungkapnya.
Peta digital cagar budaya dapat ditampilkan pada
salah satu menu di aplikasi Batang Region, yang khusus menampilkan persebaran
situs-situs budaya.
“Batang Region itu banyak memuat hal-hal yang ada di
Batang, di antaranya rumah makan, rumah sakit, tempat wisata dan hal unik
lainnya. Dan masih terbuka untuk menampilkan situs-situs kebudayaan Batang,” tuturnya.
Ia menegaskan, di sisi lain nantinya ada kemudahan
bagi wisatawan yang ingin berwisata di situs-situs purbakala, dapat mengakses
informasi persebarannya di seluruh wilayah.
“Teman-teman SPBE siap membantu agar benda-benda
cagar budaya yang ada di Batang bisa dikenal lebih cepat melalui pemanfaatan
teknologi digital,” tegasnya.
Ia menambahkan, sangat penting bagi generasi
milenial untuk mempelajari sejarah, karena kehidupan masa kini, tidak lepas
dari sejarah peradaban manusia masa lampau.
“Terutama anak-anak usia sekolah dan mahasiswa,
sehingga pengetahuan kesejarahan makin lengkap, dan bisa menghargai hasil karya
para leluhur,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)