Dipijat Oleh Tunanetra Bupati Batang Bayar Dengan Bedah Rumah
Batang - Program “Tilik Warga” setiap hari selasa kali ini Bupati Batang Wihaji mengunjungi seorang warga Dukuh Randubowo RT 01 RW 03 Desa Banaran, Kecamatan Banyuputih yang bernama Suroso (52) dan Casriyah (51) pasangan suami istri yang mempunyai kekurangan tidak dapat melihat sejak kecil.
Batang - Program “Tilik
Warga” setiap hari selasa kali ini Bupati Batang Wihaji mengunjungi seorang
warga Dukuh Randubowo RT 01 RW 03 Desa Banaran, Kecamatan Banyuputih yang
bernama Suroso (52) dan Casriyah (51) pasangan suami istri yang mempunyai
kekurangan tidak dapat melihat sejak kecil.
Program Tilik Warga dari
aduan langsung melalui chat WA Curhat
Wihaji itu salah satunya di Desa Banaran Kecamatan Banyuputih yang sudah kita
lihat tadi pasangan suami istri yang
sama-sama tidak bisa melihat dari kecil,” kata Bupati Batang Wihaji saat
ditemui usai tilik warga di Desa Banaran, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten
Batang, Selasa (22/6/2021).
“Suami istri Pak Suroso
dengan Ibu Casriyah ini berprofesi sebagai tukang pijat. Saya coba
alhamdulillah enak pijitannya,” jelasnya.
Ia mengatakan, Insyallah
akan merenovasi rumahnya agar layak huni,
sehingga orang yang ingin pijat disitu nyaman. Anggarannya dari iuran sukarela Aparatur
Sipil Negara (ASN) Kabupaten Batang, jadi tidak memakai uang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Pada kesempatan itu diberikan pula bantuan
uang sebesar Rp2 juta, untuk kebutuhan
sehari-hari.
“Pada masa pandemi COVID-19
yang pijat sepi, karena mungkin masyarakat juga takut soalnya bersentuhan, jadi mulai jarang ada yang pijat sehingga
hasil pendapatannya berkurang,” terangnya.
Warga Desa Banaran Suroso
(51) mengatakan, sangat berterima kasih kepada Bupati Batang yang sudah
berkunjung dan mau merenovasi rumahnya
agar layak huni dan juga memberikan bantuan uang untuk kebutuhan saya dan istri
saya.
“Saya berprofesi sebagai
tukang pijat dengan istri saya, belajar memijat pada tahun 1990 di Jakarta dan
itu juga awal saya bertemu dengan istri saya. Sejak kecil saya sudah tidak
dapat melihat, tapi alhamdulillah saya mempunyai anak laki-laki yang normal,”
ungkapnya.
Saya awalnya menjadi tukang
pijat di Jakarta, karena ingin pulang di kampung halaman Desa Banaran akhirnya
saya pulang dan sudah 2 tahun disini.
“Biaya pijat antara Rp20.000,00 hingga Rp30.000,00,
sebetulnya itu seiklasnya tapi rata-rata orang memberi jasa segitu
paling banyak memberikan Rp50.000,00. Biasanya dapat memijat 15 orang dalam sehari, tetapi
pada masa pandemi COVID-19 begini sudah jarang yang minta pijat,” ujar dia. (MC
Batang, Jateng/Roza/Jumadi)