Penjamasan Pusaka Kabupaten Batang Digelar Sederhana
Batang - Tradisi penjamasan atau penyucian sejumlah pusaka milik Kabupaten Batang tetap digelar pada Malam 1 Suro 1954 atau 1 Muharam 1442 Hijriyah, meski secara sederhana di tengah pandemi Covid-19.
Batang - Tradisi penjamasan atau penyucian sejumlah
pusaka milik Kabupaten Batang tetap digelar pada Malam 1 Suro 1954 atau 1
Muharam 1442 Hijriyah, meski secara sederhana di tengah pandemi Covid-19.
Kegiatan tersebut dihadiri Bupati Batang Wihaji,
Wakil Bupati Suyono beserta ahli waris Tombak Pusaka Kyai Abirawa, RM. Susanto
Waluyo yang merupakan keturunan Pangeran Batang di Pendopo Kabupaten Batang,
Rabu (19/8/2020).
Prosesi penjamasan diawali dengan penyerahan Tombak
Pusaka Kyai Abirawa dari Bupati Wihaji kepada RM. Susanto untuk dikirab
mengelilingi halaman Kantor Bupati Batang. Pusaka lain yang ikut dikirab antara
lain : Payung Sungsung Tunggul Naga, Keris Piyandel Adipati Pertama dan tiga
tombak pengiring.
“Penjamasan pusaka sudah menjadi tradisi yang
biasanya mengundang masyarakat, namun karena masih adanya pandemi Covid-19,
malam hari ini khusus internal terdiri dari sebagian Aparatur Sipil Negara dan
ahli waris,” kata Bupati Wihaji.
Bupati menerangkan, kegiatan ini bagian dari
pelestarian budaya sekaligus merefleksi 1 Muharam atau 1 Suro untuk menyucikan
pusaka.
“Kita pun ikut menyucikan diri barangkali ada
kebatilan atau keburukan, direfleksi supaya semuanya lebih baik lagi di masa
depan,” katanya.
Pada kesempatan itu, Bupati Wihaji memanjatkan doa
agar di usia ke-75 Indonesia menjadi semakin baik dengan memperkokoh persatuan
dan kesatuan.
Ia berharap, semoga ke depan pandemi segera usai dan
Indonesia tambah maju.
Sementara itu, juru rawat pusaka, Sriyatmo
menuturkan, dalam menjamas pusaka tidak ada perlakuan khusus atau perbedaan,
hampir semuanya dilakukan dengan cara yang sama.
“Proses awalnya pusaka direndam dulu dengan air
kelapa, dijamas memakai jeruk nipis, diolesi minyak melati, cendana, mawar dan
kenanga yang dijadikan satu,” tuturnya.
Menurut dia, penjamasan pusaka harus dilaksanakan
setiap Malam 1 Suro untuk melestarikan adat dan tradisi. Generasi muda perlu
mengetahui prosesi penjamasan telah dilakukan sejak zaman nenek moyang kita.
“Pelestarian tradisi ini harus terus dilakukan,
bahkan sejak zaman nenek moyang supaya pusaka-pusaka milik leluhur tidak hilang
begitu saja. Saya harap para pemuda ikut melanjutkan tradisi penjamasan pusaka,
agar tetap lestari,” pintanya.
Sejumlah pusaka yang dirawat selama ini antara lain
: Tombak Kyai Penatas, Kyai Jalubung, Kyai Baru Tropong, Kyai Sapit Abon,
Biring Lanang, Biring Wedok, Pedang Kyai Sabet, Keris Kyai Sabuk Tampar dan
lainnya. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)