Souvenir Rajut Desa Tombo, Siap Memikat Para Wisatawan
Batang - Selain dikenal karena menjadi penghasil kopi terbaik di Kabupaten Batang, warga Desa Tombo kini semakin mengembangkan potensinya, dengan mengikuti pelatihan kerajinan rajut untuk para ibu. di Balai Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Kamis (2/1/2020).
Batang - Selain dikenal karena menjadi penghasil
kopi terbaik di Kabupaten Batang, warga Desa Tombo kini semakin mengembangkan
potensinya, dengan mengikuti pelatihan kerajinan rajut untuk para ibu. di Balai
Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Kamis (2/1/2020).
Kepala Desa Tombo Mustajab mengatakan, pelatihan ini
bertujuan untuk mengembangkan sisi ekonomi ibu-ibu dan yang terpenting rajut
yang dihasilkan akan mengisi sebagai souvenir bagi wisatawan Desa Wisata Tombo.
“Produk-produk mereka akan dipromosikan di seputar
destinasi wisata, karena selama ini Desa Tombo dikenal dengan kopi yang luar
biasa memikat banyak penikmat dari dalam maupun luar Kabupaten Batang.”
jelasnya
Program ini dilaksanakan menggunakan dana desa yang
dapat mencetak warga produktif, salah satunya melalui pelatihan keterampilan
rajut. Untuk membangun desa mandiri, pelatihan lain yang diberikan di antaranya
pemberdayaan Kelompok Wanita Tani dan pelatihan keterampilan teknik komputer.
“Saat ini Desa Tombo sedang membuat konsep destinasi
wisata pelestarian aliran sungai. Awalnya untuk melindungi sungai agar tidak
rusak, sekaligus dijadikan destinasi wisata baru. Alasan terbesarnya karena di
Kabupaten Batang masih jarang orang mengelola sungai. Awal tahun ini, perangkat
bersama pemuda desa sedang membuat desain obyek wisata,” tambahnya.
Ia berharap, Desa Tombo menjadi desa yang mandiri.
Tentunya mandiri itu tidak ketergantungan dengan bantuan pemerintah.
Sementara itu, pengrajin rajut asal Kecamatan Subah,
Eny Marginingsih Marsono menuturkan, berawal saat dua tahun lalu diminta oleh
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang Uni Kuslantasi Wihaji untuk memberikan
pembelajaran merajut kepada anggota. Dari seluruh peserta, ibu-ibu Desa
Tombo-lah yang paling bersemangat mengikuti pelatihan, hingga tercetus untuk
membentuk “Kampung Rajut” Desa Tombo.
“Semangatku timbul lagi untuk membentuk Kampung
Rajut, karena melihat potensi wisata Kopi Tombo yang sudah terkenal. Kalau
wisatawan datang, alangkah baiknya mereka tidak hanya minum kopi, tapi juga
punya kenang-kenangan kerajinan rajut,” terangnya.
Menurutnya, penghasilan ekonomi warga Tombo dapat
meningkat, jika dibantu kaum ibu dengan kerajinan rajutnya, bahkan sampai ke
luar negeri.
“Tas saya itu sudah tiga kali ke luar negeri yakni
Spanyol, Malaysia dan Taiwan, karena teman kuliah saya yang ada di sana
tertarik dan membelinya,” kata wanita paruh baya yang telah mengekspor produk
rajutannya hingga kawasan Eropa.
Eny mengharapkan, jika ibu-ibu menekuni keterampilan
rajut dengan sungguh-sungguh dan kualitasnya pun berstandar internasional,
bukan tidak mungkin produk mereka dapat menembus pasar luar negeri, seperti
yang diharapkan Ketua Asosiasi Eksportir Handycraft Indonesia, Romi. (MC Batang,
Jateng/Heri/Jumadi)