Home / Berita / Seni dan Budaya / BAF, MEDIA KRITIK BUDAYAWAN YANG PENUH KESANTUNAN

Berita

BAF, Media Kritik Budayawan yang Penuh Kesantunan

Batang - Dewan Kesenian Daerah (DKD) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang berkolaborasi dalam event tahunan Batang Art Festival (BAF).

Bupati Batang Wihaji usai menikmati pementasan seni dari para seniman baik dalam maupun luar daerah mengemukakan, bahwa seni dan budaya tidak terpisahkan dari kehidupan sosial kemasyarakatan. Maka setiap kali menghasilkan karya, para seniman tentu syarat akan makna dan kritik, namun tetap menjaga kesantunan.

“Cara mengkritiknya biasanya dengan berbagai ekspresi, salah satunya dengan media lukisan, tari dan teater. Rata-rata kritik sosial semua, saya suka itu, karena dengan kritik pendekatan budaya tidak akan melukai,” ungkap Bupati Batang Wihaji di Pendopo Kabupaten Batang, Sabtu (30/11/2019) malam.

Lebih lanjut Bupati mengutarakan, andai kata pemimpin dikritik dengan media seni tidak marah, berbeda jika disampaikan dengan ucapan. 

“Tapi, kalau dengan lukisan atau tari, sekeras apapun kritik sosialnya kita tetap menyambut dengan tangan terbuka,” ujarnya.

Bupati mengatakan, saat ini perkembangan seni budaya di Kabupaten Batang tumbuh dengan pesat. Sebagai contoh, ketika Tim Penggerak PKK menggelar lomba karawitan, respon pecinta dan pelaku seni sangat tinggi.

“Tahun yang akan datang, semoga event BAF ini bisa semakin menunjukkan keunikannya, sehingga masyarakat bisa menikmatinya, sekaligus untuk mempromosikan Kabupaten Batang menuju Visit Batang Year 2022, Heaven of Asia, masuk dalam kalender wisata,” tandasnya.

Ketua DKD Batang Tri Bakdo menuturkan, setiap kali gelaran BAF, dirinya selalu menampilkan kekuatan kearifan lokal.

“Batang itu keseniannya kaya banget kok. BAF itu kan pestanya para seniman, khususnya seniman Batang yang mengedepankan tradisi, dikemas menjadi sesuatu yang menarik,” ujarnya.

Tri Bakdo yang juga seorang perupa menerangkan hasil karyanya yang menyajikan tema tentang kegelisahan kebudayaan, dengan judul “Mau Dijual ke Manakah?”. 

“Dalam lukisan itu ada beberapa wayang yang diletakkan di dalam sebuah kardus, di sana tertulis “Not For Sale”, karena kesenian dan kebudayaan kita banyak diakui oleh negara lain, padahal itu barang milik negara, tidak untuk diperjualbelikan,” paparnya.

Tri Bakdo menambahkan, lewat lukisan itu, dirinya melakukan perlawanan, agar seni dan budaya milik bangsa Indonesia tidak diambil bangsa lain.

Sementara itu, Kepala Disdikbud Kabupaten Batang, Achmad Taufiq menyampaikan, kolaborasi akan terus dilanjutkan dari tahun ke tahun, untuk melahirkan generasi yang cinta budaya.

“Kolaborasi ini menghasilkan keunikan tersendiri, sehingga DKD dan Disdikbud akan terus mengawal cita-cita Bupati untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas dalam berkesenian,” katanya.

Pesta bagi para seniman dan pecinta seni itu digelar sejak 30 November - 2 Desember mendatang. Menampilkan kesenian tradisional seperti doger, sintren, kuda lumping,  teater dan pameran lukisan dari 50 perupa, yang dapat disaksikan masyarakat Batang dan sekitarnya, di panggung utama Jalan Veteran dan Pendopo Kabupaten Batang. (MC Batang, Jateng/Heri)