Home / Berita / Kegiatan Keagamaan / SANTRI MILENIAL TAK ALERGI TEKNOLOGI

Berita

Santri Milenial Tak Alergi Teknologi

Batang - Sebagai seorang santri yang hidup di era digital tidak hanya belajar tentang ilmu agama saja. Mereka dituntut untuk tidak menutup diri dengan digitalisasi dalam dunia dakwah.

Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Batang, Taufik Rahman saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (21/10/2019).

“Hal-hal yang masih bagus di pesantren tetap dijaga. Misalnya ngaji menggunakan metode bandongan atau sorogan (cara belajar secara khusus), kalau dulu pakai kertas,  tapi sekarang memakai media digital,” terangnya.

Taufik menekankan, agar para santri tidak alergi terhadap segala sesuatu yang baru dan kekinian, sepanjang tidak bertentangan dengan syariat agama.

“Supaya kaum santri milenial ini, bisa menghadapi era revolusi industri 4.0. Hal lain yang sudah ada dalam pesantren yaitu pelatihan jiwa kewirausahaan, insya Allah keluarga tidak akan merasa rugi, memasukkan anaknya ke pondok,” tuturnya.

Taufik mengharapkan, di masa modern, pondok pesantren harus berorientasi pendidikan yang santrinya mendapatkan ijazah sekaligus diakui negara.

“Misalnya pendidikan mu’adalah yaitu pondok yang disetarakan dengan SMA/MA yang wajib sekolah enam tahun. Ada pula Pendidikan Diniyah Formal (PDF) yang ijazahnya diakui negara” jelasnya.

Para santri yang mengikuti pendidikan mu’adalah maupun PDF, nantinya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan bagi mereka yang ingin mengabdikan diri kepada negara, semakin memudahkan langkahnya, karena ijazahnya telah mendapat pengakuan dari negara.

Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Batang, Achmad Taufiq menyampaikan, bahwa pesantren di zaman milenial pun telah dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.

“Sekarang ini di pesantren pun sudah menggunakan kitab berbasis teknologi informasi. Santri-santri zaman milenial tidak hanya membuka kitab-kitab terdahulu saja, tapi  mampu menggunakan teknologi canggih, karena meskipun alatnya berukuran kecil namun berisi puluhan kitab dari para ulama,” paparnya.

Di Kabupaten Batang, lanjutnya, juga sudah ada pondok pesantren yang menggunakan teknologi digital. 

“Bagi pesantren-pesantren yang kyai-nya milenial dan santrinya pun milenial, mereka sudah menggunakan metode mengkaji kitab berbasis digital,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, menjelang peringatan Hari Santri Nasional, Achmad Taufiq yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang, mengapresiasi kepada Bupati Batang Wihaji, yang telah menginisiasi pelaksanaan upacara Hari Santri secara serentak se-Kabupaten Batang, baik di satuan pendidikan maupun lingkungan pemerintahan, pada 22 Oktober mendatang.

“Dengan peringatan Hari Santri Nasional ini, dapat meningkatkan iman dan taqwa para peserta didik maupun santriwan/satriwati,” tandasnya. (MC Batang, Jateng/Heri)