Home / Berita / Seni dan Budaya / BUPATI BATANG TAMPIL SEBAGAI DALANG WAYANG KULIT DENGAN LAKON DEWA RUCI

Berita

Bupati Batang Tampil Sebagai Dalang Wayang Kulit dengan Lakon Dewa Ruci

Batang - Walau hanya satu jam dalam memainkan wayang kulit, Bupati Batang Wihaji yang dalam kesempatan ini tampil sebagai dalang, dengan lincah dan terampil memainkan tokoh wayang dalam pentasnya di Jalan Veteran Kabupaten Batang, Sabtu malam (31/8/2019).

Pagelaran wayang kulit dalam rangka memperingati Ulang Tahun Kemerdekaan ke 75 Republik Indonesia, bertepatan pula dengan malam satu suro dan 1 Muharam atau tahun Baru Islam. 

Bupati Batang Wihaji dalam pentasnya berkolaborasi dengan dalang Ki Utomo dan Ki Santoso dari Kabupaten Batang dengan lakon Dewa Ruci. 

"Saya pencinta wayang, ketika diminta oleh PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Batang, mengawali pentas untuk menghibur masyarakat Batang," kata Bupati Batang Wihaji usai jadi dalang. 

Pentas ini menjadi pengalaman kali kedua lanjutnya, walau dengan durasi satu jam memainkan wayang dengan lakon Dewa Ruci lebih pada mengampanyekan kecintaannya terhadap budaya agar lebih digemari dan dicintai oleh masyarakat, karena wayang mulai tergeser dengan budaya lain. 

"Zaman perwalian wayang sebagai media dakwah, dengan filosofi kehidupan kita sehari - hari dari lakon Werkudoro, Gatot Kaca dan Sengkuni ada di kehidupan kita, maka pendekatan perubahan  yang paling pas yakni budaya," jelasnya.

Tidak dipungkiri, imbuhnya, kemajuan zaman di era revolusi industri yang semakin kompetitif, kalau tidak ada yang melestarikan seni budaya sebagai kearifan lokal akan hilang dari peradaban.

"Oleh karena itu, melalui organisasi PEPADI Kabupaten Batang, Pemkab melakukan pembinaan kepada calon-calon dalang muda agar lebih kreatif dan tidak monoton, sehingga dapat diterima oleh kaum milenial," terangnya.

Ia juga menjelaskan Dewa Ruci adalah nama seorang Dewa kerdil (mini) yang dijumpai oleh Bima atau Werkudara dalam sebuah perjalanan mencari air kehidupan untuk menjaga kedamaian dengan simbol banyu suci prawitosari. 

"Lakon ini mengajarkan agar masyarakat hidup tidak sekadar bergerak, namun juga harus didasari olah rasa dan batin. Karena semua itu, berkaitan dengan Yang Maha Kuasa setiap gerak dalam kehidupan bukan hanya perpindahan fisik,” ujarnya.

Bupati menyampaikan, tidak hanya berdasar pada hitungan rasio, namun ada laku batin dan olah rasa karena semua perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya. (Humas Batang, Jateng/Edo)