Home / Berita / Seni dan Budaya / PUTUS PENDIDIKAN TAK BERARTI PUTUS BERKESENIAN

Berita

Putus Pendidikan Tak Berarti Putus Berkesenian

Dahulu di suatu desa bernama Keteleng yang dipimpin oleh seorang Putri mengalami kekeringan yang berkepanjangan, sehingga membuat hewan – hewan mati kelaparan karena tanaman tak bisa berbuah. Kemudian Sang Putri bersama prajuritnya mencari mata air di dalam hutan Larangan. Namun ternyata di dalam hutan Larangan itu dijaga oleh para leak dan mengharuskan mereka beradu kesaktian, untuk memperebutkan mata air teresebut. Dan pada akhirnya sang Putrilah yang memenangkan pertempuran tersebut. Akhirnya desa Keteleng dapat teraliri mata air dari hutan Larangan, namun dengan sejumlah persyaratan. Para leak meminta kambing hitam, kambing gendit, gula jawa, sirih dan kelapa. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi penduduk dan hewan  desa Keteleng tidak lagi mengalami kekeringan karena sudah teraliri air hingga berlimpah. Itulah sepenggal kisah tentang sejarah terbentuknya sumber mata air di desa Keteleng yang sampai sekarang dapat mengaliri seluruh desa.  

Sebagai wujud pelestarian terhadap mata air di desa Keteleng Pagilaran PDAM mengadakan Sedekah Air  bersama Forum Komunikasi Pelanggan (FKP) yang mengambil tema Nandur Wit Lan Ngeteh Bareng dalam rangka HUT ke-24 PDAM Batang bertempat di perkebunan teh Pagilaran beberapa waktu lalu. Acara ini merupakan sebagai wujud rasa syukur dan bentuk kearifan local serta tradisi yang harus tetap dilestarikan. Dihadiri Bupati Terpilih H.Wihaji, S.Ag, M.Pd, Dirut PDAM Yulianto, SH, Dirut PT. Pagilaran Ir. Arman Wijanarko, MSc, Dirut PDAM se eks-karesidenan Pekalongan, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan warga sekitar.

Bupati Terpilih H. Wihaji, S.Ag, M.Pd  menyampaikan terima kasih dan bangga kepada PDAM, karena merupakan penyumbang deviden terbesar. Dengan adanya acara Sedekah Air ini dapat dilanjutkan sebagai agenda wisata dan nantinya akan tercipta kawasan industry sehingga perekonomian Batang semakin baik dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

“Tidak hanya ngeteh bareng acara Sedekah Air ini juga disertai penanaman pohon sehingga dapat melestarikan sumber mata air dilanjutkan pemberian santunan kepada yatim piatu dan janda miskin dari 5 desa. PDAM  tidak mewariskan air mata melainkan mata air,” tegas Yulianto.

Diawali dengan tari Leak dari kelompok seni tari “Mekar Budaya Muda” yang menceritakan pertempuran antara Sang Putri dengan para leak penunggu mata air hutan Larangan. Yang menarik para penari leak semuanya adalah remaja yang telah putus sekolah. Warno pendiri kelompok seni tari Mekar Budaya Muda mengatakan,”Kelompok seni ini baru dibentuk 8 bulan dan mayoritas penarinya mereka yang putus sekolah”.

“Daripada melakukan hal yang negatif saya arahkan mereka untuk ikut nguri – uri kabudayan Jawi (melestarikan kebudayaan Jawa) dengan bergabung di kelompok seni tari Leak Mekar Budaya Muda. Kebanyakan mereka putus sekolah dengan beragam alasan seperti masalah ekonomi dan lain sebagainya,” terang Warno.

Kelompok seni tari yang sudah mengikuti beberapa pementasan di desanya ini mengharapkan agar ada perhatian dari pemerintah. “Saya harap kelompok seni yang saya bentuk ini bisa diperhatikan untuk pementasannya, apabila ada acara yang diadakan kami siap menghibur dengan kesenian tarian dari Mekar Budaya Muda. Supaya potensi generasi muda desa Keteleng meski mereka telah putus sekolah namun dapat berprestasi,” ujar Warno. (Heri/MC)